Tanggamus, Jejamo.com – Nilai jual madu dari Lebah Klenceng yang termasuk tinggi membuat sejumlah pegiat dan pecinta madu mengembangkan lebah jenis ini secara mandiri.
Pengembangan Lebah Klenceng yang juga dikenal dengan nama Lanceng atau Kelulut ini dilakukan secara swadaya oleh sejumlah warga yang tergabung di Komunitas Lebah Madu Tanggamus.
Pegiat komunitas yang dibentuk pada Rabu (27/11/2019) di Pekon Batu Keramat, Kotaagung Timur ini, Akhmadi Sumaryanto mengatakan, Lebah Klenceng memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibanding lebah jenis lain.
“Lebahnya kecil, tidak bersengat dan lebih mudah beradaptasi,” katanya.
Pengembangan yang dilakukan oleh komunitas ini, kata Akhmadi, adalah sebagai upaya mengantisipasi permintaan yang juga tinggi dari masyarakat.
“Selama ini sebagian besar madu diambil dari alam atau tangkaran dengan jumlah kecil,” katanya.
Terkait Komunitas Lebah Madu Tanggamus ini, Akhmadi mengatakan, kegiatan utama komunitas adalah beternak dan mengembangkan lebah terutama Lebah Klenceng agar tidak lagi tergantung pasokan dari alam.
“Karena harga madu Klanceng yang tinggi dan kebutuhan masyarakat yang masih sangat terbuka,” kata Akhmadi yang menjadi motor komunitas bersama Sugito, Shomad Riyanto, dan Sodik. []