Rabu, Desember 18, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Ketua Parfi Lampung Nilai Kegiatan Proyek Pembuatan Film Pariwisata Lampung Irasional dan Disorientasi

Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Lampung, Hermansyah GA (kanan) | ist

Jejamo.com, Bandar Lampung – Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Lampung, Hermansyah GA, menilai jawaban Kabid Pemasaran Pariwisata, Arif Nugroho,  tidak rasional dan disorientasi. Tudingan dilontarkan Hermansyah setelah menilai jawaban Arif mengenai pekerjaan proyek lelang film pariwisata yang menjadi polemik di berita jejamo.com

Menurut Hermansyah jika alasan pengerjaan itu untuk menjaring wisatawan domestik, membangun kerjasama dengan agen perjalanan wisata lebih berdampak besar. Dibanding mengelontorkan dana Rp830 juta sebagi biaya promosi iklan di bioskop.

“Aku nilai target promosi melalui bioskop dengan segmen usia 20-40 sebagai target market, dalam pengerjaan proyek film, itu disorientasi. Jawaban itu orientasi yang mengada-ada Kabid Pemasaran Pariwisata, dengan dana Rp 830 Juta itu tidak rasional, gak efektif dan efisien. Membangun jaringan kerja dengan agen pariwisata itu lebih dahsyat dampaknya,” terangnya kepada jejamo.com, Kamis 02/11/2017

Dinas Pariwisata menetapkan bioskop sebagai media promosi karena kelompok usia penonton televisi dinilai bias dan beragam. Pendapat ini dinilai irasional dan tidak layak. “Setiap hari televisi Indonesia menyajikan program wisata, justru dari tayangan itu wisatawan domestik mengenal destinasi wisata Lampung. Semestinya Dinas Pariwisata memanfaatkan dan meningkatkan kerjasama melalui program acara wisata,” lanjut Hermansyah.

Mengenai kerjasama program televisi, Satya Ginong (38) Direcot Of Photography yang aktif dalam pembuatan film layar lebar, iklan, dan dokudrama kepada jejamo.com pernah membandingkan biaya produksi program Viva Barista sesi dua yang ia tangani dengan nilai lelang film pariwisata Lampung. Menurut Satya Ginong anggaran produksi program Viva Barista kurang dari Rp 900 juta. Biaya Produksi meliputi pembayaran kru shoting, akomodasi, transportasi, konsumsi, plus honor empat artis dan satu artis kawakan Rio Dewanto. Tambahan lagi, anggaran meliputi 13 episode dan pengambilan gambar di berbagai destinasi wisata yang terdapat  pada tujuh provinsi di Indonesia.

Baca: Keterangan Dinas Pariwisata Lampung Tentang Lelang Proyek Film Pariwisata 

Perbandingan tersebut jejamo.com sajikan kepada Arif Nugroho. Kabid Pemasaran Pariwisata hanya menjawab singkat belum mengetahui itu. “Oh begitu, kami belum thau itu, mungkin biaya belum termasuk tiket penerbangan, hotel, dan makan minum kru” dalihnya. Arif mengatakan pembuatan iklan promosi wisata Lampung tidak menggunakan artis nasional sebagai pemeran. “Sepertinya gak ada artis dalam pembuatan iklan kita” katanya. Sementara Kementerian Pariwisata  menghimbau promosi wisata wajib menggunakan endorse. Pengertian endorse adalan dukungan artis populer yang memiliki banyak fans untuk mengenalkan produk.

Menyoal kegiatan pembuatan iklan promosi pariwisata berdurasi tujuh, tiga, hingga satu menit dengan aggaran Rp 1,070 Milyar, yang menjadi item utama pekerjaan lelang film. Herman menganggap sebagai sebuah kelucuan. Ia meminta Dinas Pariwisata Lampung belajar dengan Provinsi Bangka Belitung melalui Film Laskar Pelangi yang berhasil mengenalkan pariwisata Babel ke tingkat dunia. Bukan sekedar menghabiskan APBD dengan membuat iklan promosi berdurasi maksimal tujuh menit.

“Buat produksi audio visual satu milyar cuma 7 menit. Lucu banget. Coba belajar dengan Bangka Belitung, ketika Riri Reza dengan Laskar Pelangi yang berdampak dahsyat menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan penghasil devisa. Filmnya mendunia, bukan Cuma lima menit coy” tutup Hermasyah gemas.(*)

Laporan Arif, Wartawan Jejamo.com

 

Populer Minggu Ini