Jejamo.com, Bandar Lampung – Protein hewani yang kita nikmati saban hari ada kemungkinan hanya protein sampah. Pasalnya, durasi dari ayam broiler disembelih sampai kepada konsumen juga memakan waktu berjam-jam. Imbasnya, protein hewani yang dibutuhkan tidak dipasok.
Yang ada malah protein sampah. Padahal, pemenuhan protein ayam ini harganya terbilang rendah, sayangnya tidak dikonsumsi dengan benar. Demikian dikemukakan Ketua Umum Perhimpunan Industri Peternakan Ayam Ras (Pintar) Lampung Agus Wahyudi pada diskusi akhir tahun bertajuk Meneropong Ekonomi Lampung 2018 hari ini di Hotel Horison yang diadakan Institut Demokrasi Ekonomi Agriculture dan Politik Lampung (iDeal) didukung Jejamo.com.
Agus Wahyudi mengatakan, Pintar sejak lama mengampanyekan mengonsumsi ayam dengan halal, bersih, dan harga terjangkau. Cara yang selama ini dilakukan, kata Agus, adalah bersinergi dengan dinas dan rumah potong hewan terkait.
Agus bahkan menginisiasi pembentukan rumah potong hewan yang sederhana tapi higienis. Rumah potong ini menjamin nilai protein dalam ayam tidak hilang. Sebab, proses di dalam sudah sesuai dengan mekanisme, termasuk pengaturan suhu udara.
“Kalau caranya sudah benar, protein ayamnya tidak rusak. Sayangnya ini belum membudaya. Ibu-ibu lebih suka membeli ayam potong ke pedagang tanpa memperhatikan kualitas ayam itu,” ujarnya.
Agus bahkan bersedia membantu setiap pemerintah daerah menyediakan rumah potong dengan jaminan higienitas yang tinggi.
“Syaratnya kami juga dibantu. Izinnya dibuatkan, nanti semua isinya kami yang atur. Kita tinggal kerja sama. Bahkan setiap hari kami bisa menjamin ribuan ayam bisa dipotong di sana,” ujar dia.(*)
Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com
