Jejamo.com – Pasca sanksi berat yang dijatuhkan PBB terhadap Korea Utara, Presiden negara itu, Kim Jong Un membuat pernyataan yang menggemparkan tentang senjata nuklir negaranya. “Senjata nuklir negara kami siap digunakan kapan saja,” ujar Kim berdasarkan seperti dilaporkan media lokal setempat KCNA, yang kemudian dilansir BBC News, Jumat, 4/3/2016.
Kim juga menambahkan bahwa negaranya akan merombak postur dan komposisi pasukan militernya. Korea Utara menurut Kim, berencana meluncurkan serangan preemptive, yang berarti menyerang lawan sebelum lawan menyerang mereka.
Pernyataan resmi Kim tersebut muncul setelah Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) menjatuhkan sanksi baru pada Korea Utara terkait dengan tes nuklir dan peluncuran roket yang baru-baru ini dilakukan.
Tak hanya itu, Korea Utara juga dilaporkan menembakkan enam proyektil jarak dekat, pada Kamis kemarin. Seorang warga Korea Selatan menuturkan kepada agensi berita Yonhap, bahwa proyektil tersebut ditembakkan ke dalam laut, yang berasal dari Wonsan di bagian timur pantai.
Korea Utara pada Sabtu, 27 Februari lalu juga sempat membuat pernyataan menghebohkan tentang pengembangan senjata super hebat terbarunya. Seperti yang dilansir Channel News Asia, media Pyongyang melaporkan bahwa Kim tengah menyaksikan uji coba senjata anti tank yang dikatakan kekuatan ledakannya dapat membuat kendaraan lapis baja menjadi “labu rebus”.
KCNA melaporkan, pemimpin rezim itu, Kim Jong-Un, menyaksikan tes roket dipandu laser itu dan menyebutnya sebagai “jarak tembakan paling jauh di dunia” dan “seakurat senapan penembak jitu”.”Dia sangat puas karena tank dengan perisai khusus dan kendaraan perang musuh yang dibanggakan karena memiliki pergerakan cepat dan lincah dengan kekuatan yang mencolok kini tak ubahnya seperti labu rebus bila berhadapan senjata baru itu,” tulis KCNA.
Kim menjelaskan, senjata itu akan dirilis secara besar-besaran tidak lama lagi dan akan ditempatkan di unit barisan depan dan unit pertahanan pantai.Dengan mentalitas dipengaruhi paranoia, Korea Utara mempertahankan keanggotaan tentara yang banyak. Mereka memiliki 1,2 juta anggota militer dari 25 juta penduduk, dua kali lipat dari jumlah tentara di Korea Selatan yang memiliki jumlah penduduk dua kali lipat lebih banyak.(*)
Tempo.co