Senin, Desember 16, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Kisah Nasib 2 Mantan Atlet Lampung yang Dilupakan Pemerintah

Yustina Tri Astuti dan Maruly Juniansyah, mantan atlet panjat tebing asal Lampung. | Ist.
Yustina Tri Astuti dan Maruly Juniansyah, mantan atlet panjat tebing asal Lampung. | Ist.

Jejamo.com, Bandar Lampung – Yustina Tri Astuti dan Maruly Juniansyah merupakan salah satu contoh atlet yang pernah mengharumkan nama Bumi Ruwa Jurai melalui dunia olahraga di kancah nasional.

Pasangan suami istri ini merupakan salah satu atlet andalan Lampung di olahraga panjat tebing dan pernah berjaya di masanya. Namun, sempat hijrah membela provinsi lain (Kaltim), karena tidak adanya perhatian dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Lampung.

Yustina Tri Astuti mengaku kecewa dengan perlakuan KONI Lampung yang tak kunjung memenuhi janji demi prestasi dan kesejahteraan atlet panjat tebing Bumi Ruwa Jurai.

“Saya kecewa dengan KONI, karena tidak memenuhi janji untuk memberi fasilitas latihan dengan standar nasional yang lebih maju dan uang pembinaan serta  menjanjikan pekerjaan PNS, tetapi dengan persyaratan yang ribet, saya akhirnya  tidak mengambil pekerjaan itu,” katanya saat diwawancarai Jejamo.com di kediamannya, Sabtu, 12/3/2016.

Kemudian, lanjut dia, memasuki tahun 2002, dirinya memutuskan untuk hijrah ke Kaltim. Sebab, Pemda maupun KONI Kaltim selalu memberi perhatian untuk atlet berprestasinya, seperti adanya uang pembinaan serta fasilitas latihan guna persiapan untuk mengikuti Kejurnas.

“Saya juga berfikir kalau Kaltim merupakan provinsi yang berkembang dan torehan medali selalu di dominasi oleh kaum Adam. Oleh karena itu, saya kesana untuk mengangkat atlet wanitanya agar bisa menaiki podium,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, Lampung mengalami masa eksodus pada tahun 2002 setelah atlet berprestasi Bumi Ruwa Jurai memutuskan untuk hijrah membela provinsi lain demi mendapatkan kesejahteraan dan perhatian dari KONI setempat.

” Termaksud Trio kwek-kwek panjat tebing Lampung yang hijrah. Akhirnya hampir semua atlet berprestasi Lampung habis. Karena membela provinsi lain hidupnya lebih makmur dengan mendapatkan uang pembinaan,” ucapnya.

Senada dengan sang istri, Maruly Juliansyah juga kecewa dengan tidak adanya perhatian dari KONI Lampung selama menjadi atlet panjat tebing mewakili Bumi Ruwa Jurai di PON.

“Akhirnya, tahun 2006 saya memutuskan hijrah untuk menjadi pelatih FPTI di Kaltim dengan mengikuti jejak sang istri yang sudah lebih dulu hijrah dari Bumi Ruwa Jurai. Karena, pelatih berprestasi di Kaltim juga mendapatkan uang pembinaan dari KONI setempat,” ucapnya.

Ia mengatakan, KONI Lampung sekarang sudah bagus ketimbang dulu dengan memberikan perhatian ke atlet seperti adanya uang pembinaan, uang prestasi dan pemberian fasilitas guna peningkatan prestasi. Namun, para atletnya banyak yang tidak serius dalam menjalani latihan.

“Akhirnya, kebanyakan mental atlet saat bertanding menjadi melempem. Dulu, Lampung mempunyai atlet yang bagus dengan menduduki peringkat pertama di luar pulau Jawa, tetapi tidak adanya perhatian dari KONI,” tandasnya.(*)

Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini