Rabu, November 13, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Kisah Pengamen Cilik di Bandar Lampung: Keluar Selepas Magrib, Tabung Uang untuk Bertemu Adik

Muhammad Arifin (11), warga Jalan RE Martadinata, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, pengamen cilik yang biasa mangkal di Bundaran Tugu Adipura dan Lungsir |Tama/jejamo.com
Muhammad Arifin (11), warga Jalan RE Martadinata, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, pengamen cilik yang biasa mangkal di Bundaran Tugu Adipura dan Lungsir |Tama/jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Muhammad Arifin (11), warga Jalan RE Martadinata, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung,  sudah satu tahun ini menjadi pengamen jalanan. Hal itu ia lakukan demi mendapat uang untuk membayar biaya sekolah dan bisa pergi ke Jawa Tengah.

Bocah yang biasa disapa Ipin ini, mengaku tak ingin merepotkan ayahnya, sehingga sebisa mungkin ia harus bisa mendapatkan uang sendiri.

“Saya hanya tinggal dengan ayah, ibu saya meninggal dunia sejak melahirkan adik saya. Adik saya berada di Jawa Tengah, saya kangen dengan dia. Makanya sebagian penghasilan dari ngamen saya tabung agar bisa berangkat ke sana,” ujar Ipin saat ditemui jejamo.com di Bundaran Tugu Adipura, Jumat malam, 29/4/2016.

Ia mengaku pekerjaannya sebagai pengamen merupakan keinginannya sendiri. Ia juga mendapat dukungan dari ayahnya yang bekerja sebagai buruh bangunan. “Pesan dari bapak, mending ngamen aja daripada maling, nanti ditangkap polisi. Saat ngamen  mata harus lincah, agar saat ada pamong bisa nyumput supaya tidak ketahuan,” ucapnya.

Pelajar kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Nuruh Falah ini, menuturkan, pertama kali ngamen diajak oleh teman. “Saya pertama kali ngamen di sekitaran Teluk dengan menggunakan tangan dan mendapat uang sekitar Rp 125 ribu. Karena saya suka menyanyi, akhirnya uang tersebut saya belikan alat musik kentrung dan kemudian belajar memainkannya,” kenangnya.

Ipin, biasa ngamen selepas adzan magrib, pada hari Senin hingga Jumat dan Minggu ia biasa mangkal di Bundaran Tugu Adipura hingga pukul 21.00 WIB. Sedangkan pada malam minggu ia biasa mangkal di Lungsir hingga pukul 01.00 WIB.

Hasil yang ia dapat dari ngamen juga tak menentu. “Kalau hari Senin-Jumat biasanya dapat uang Rp20-50 ribu tiap hari. Sedangkan untuk malam Minggu di Lungsir saya pernah dapat Rp300 ribu se-malam,” ujarnya.

Anak ke empat dari lima bersaudara ini, mengaku saat ngamen biasa membawakan lagu dari Band Armada Pergi Pagi Pulang Pagi. “Saya juga sudah menciptakan dua buah lagu yang berjudul Ayam Goreng dan Kakekku kawin lagi yang biasa saya bawakan saat ngamen,” ujarnya.

Meski tiap malam harus ia harus ngamen, Ipin memiliki cita-cita ingin menjadi tentara dan bisa membahagiakan keluarganya. “Semoga cita-cita saya nanti bisa tercapai agar bisa membuat bahagia sang ayah,” tandasnya. (*)

Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini