Dalam beberapa tahun terakhir, Lampung mendapat penghargaan penting dari pemerintah pusat dalam konteks menjaga keberagaman dan toleransi.
Pasalnya, Lampung memiliki ciri khas didiami oleh banyak etnik. Dan selama ini, khususnya dalam tiga tahun terakhir, Lampung patut berbangga. Tanpa prinsip-prinsip toleransi yang tinggi, tak mungkin kita mencapai itu.
Memelihara, merawat, dan menjaga keberagaman itu tentu bukan hal yang mudah. Butuh pendekatan yang humanis kepada setiap pemeluk agama dan entitas etnik agar sama-sama menjaga agar hal ini bisa selalu harmonis.
Dalam konteks Islam, kita bisa mencontoh perihidup Nabi Muhammad Saw, khususnya semasa di Madinah, dalam menjaga keberagaman itu. Warga Madinah tak semuanya memeluk Islam. Ada orang-orang Yahudi juga di dalamnya.
Maka Nabi Muhammad Saw mengikat keberagaman itu dalam bingkai yang indah. Meski untuk urusan menjaga toleransi tinggi, Nabi tegas kepada siapa saj yang mendeklarasikan kedengkian kepada Islam.
Jika kita merujuk kepada kebesaran kekhalifahan Islam, sejak masa Abu Bakar sampai Kesultanan Turki, kita bisa membaca betapa Islam sangat menjaga benar toleransi. Para khalifah atau pemimpin Islam mampu menjaga keberagaman itu dengan baik. Tidak ada bentuk-bentuk intimidasi kepada minoritas.
Bahkan, semua dilindungi dengan regulasi yang ketat dari negara.
Dalam konteks keindonesiaan atau spesifik Lampung, kita juga bisa bercermin dari sana. Bahwa daerah ini adalah milik semua. Tak ada lagi polemik apakah ia suku asli Lampung atau bukan. Siapa pun berhak membangun Lampung.
Siapa saja yang punya kompetensi kepemimpinan, boleh berkontestasi membangun Lampung.
Sebab itulah, kita harus benar-benar menjaga jangan sampai toleransi dan keberagaman yang indah ini menjadi rusak dan hancur.
Dalam konteks kompetisi politik yang sebentar lagi kita ikuti, 27 Juni 2018, semua pihak harus mengedepankan egalitarianisme dalam membangun Lampung. Tidak bisa lagi ada dikotori apakah ia Lampung atau bukan.
Instrumen menjaga keberagaman ini juga cukup kompleks.
Jika hanya menjadi tanggung jawab masyarakat sipil, juga sulit rasanya. Untuk itulah, kami banyak menjalin hubungan yang sangat baik dengan institusi negara lainnya, seperti kepolisian dan TNI.
Sebab, kedua lembaga negara ini juga punya andil besar dalam merawat keberagaman.
Maka itu, bisa disimak dari beragam pemberitaan, betapa hubungan kami dengan kepolisian dan TNI begitu akrab dan hangat. Kami saling mengisi. Saling memberikan informasi. Dan saling membantu. Ini semua demi Lampung yang damai.
Kita juga membutuhkan formula yang tepat untuk menjaga keberagaman ini. Semua entitas agama perlu diberikan porsi yang proporsional. Memang tidak akan sama karena kita melihat komposisi pemeluk agama.
Namun dalam konteks pembangunan, semua merasakan manfaat yang sama tanpa membeda-bedakan suku bangsa.
Ramadan ini bisa kita jadikan cermin betapa keberagaman di daerah ini begitu kuat.
Umat non-Islam menjaga benar toleransi saat umat Islam berpuasa. Demikian juga saat nanti Lebaran, kontribusi nonmuslim untuk menjaga ketertiban dan kelancaran ibadah salat id, bisa kita saksikan di banyak tempat.
Ini semua adalah aset penting dalam membangun Lampung. Dan butuh kontinuitas dalam merawat itu semua. Kami sudah memulainya sejak lama dan tetap komitmen merawat itu semua. Wallahualam bissawab.