Berita Bandar Lampung, jejamo.com – Komisi II DPRD Kota Bandar Lampung melihat kondisi sejumlah pasar tradisional di Kota Tapis Berseri cukup memprihatinkan.
Dalam rilis yang diterima jejamo.com, Selasa, 17/11/2015, hal itu terlihat di pasar SMEP. Di sini galian tanah yang dulunya akan dijadikan pondasi gedung pasar tradisonal kini berubah fungsi tempat warga dan pedagang pasar membuang sampah.
Kemudian di Pasar Panjang, 70 persen dari 300 kios yang ada kosong tanpa penyewa. Lantai 2 beralih fungsi menjadi sarang walet dan dipenuhi tanaman liar merambat. Belum lagi tumpukan sampah pedagang yang berserakan di sekitar lokasi pasar.
Di Pasar Kemiling, sebagian kondisi bangunan yang baru dibangun tidak dilanjutkan dan tidak memiliki atap.
Menaggapi hal itu Anggota Komisi II DPRD Bandar Lampung Grafieldy Mamesah mengapresiasi langkah Penjabat (Pj) Wali Kota Sulpakar yang menjanjikan pembenahan tata kelola pasar, pedagang dan sektor kebersihan di sejumlah pasar.
Mamesah memberikan beberapa catatan sebagai masukan bagi Dinas Pasar dalam pengelolaan pasar.
“Pertama agar Dinas Pasar selalu menjaga kebersihan pasar agar penjual dan pembeli nyaman bertransaksi. Pasar yang bersih dan nyaman otomatis akan ramai pembeli, dengan begitu potensi pendapatan asli daerah di Dinas Pasar pun bertambah,” jelasnya.
Kedua, DPRD berharap ada koordinasi antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan Dinas Pasar dalam menangani sampah. Jangan sampai pasar sering terlihat kumuh, karena masalah pengangkutan dan pengelolaan sampah.
Ketiga, perlunya perbaikan kondisi bangunan pasar dengan segera. Jika kondisi bangunan pasar tradisional ditata dengan rapi dan tidak kumuh, maka sebenarnya pasar tradisional mampu untuk bersaing dengan pasar modern yang ada di Bandar Lampung.
“Saya berharap pemerintah bisa mengambil keputusan-keputusan terbaik dalam renovasi pasar ini, sehingga tidak berlarut-larut dalam masalah” tandasnya.(*)
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya