Jejamo.com, Kota Metro – Ketua Perhimpunan Persaudaraan Pedagang Pusat Pertokoan Shopping Center Kota Metro, Sutan Fahliarman, angkat bicara mengenai keadaan fisik bangunan tempat perbelanjaan itu yang kondisinya memprihatinkan.
Mewakili sekitar 170-an pedagang di Shopping Center Kota Metro, Sutan menilai mayoritas pedagang merasa miris mengingat tempat mereka mengais rezeki selama ini kondisinya sekarang semakin memburuk.
“Dari total jumlah kios di Shopping Center yang hampir mencapai 400 kios ini, masih ada sekitar 170-an pedagang yang aktif di sini, itu pun ada yang pakai dua kios dan 3 kios. Jumlah itu juga belum termasuk pedagang kaki lima yang menghampar di luar ya. Tentu kami sedih melihat kondisi tempat kami dagang ini, ya terlihat jelek, kumuh, nggak menarik,” ucap pria yang sudah mulai berdagang di Shopping Center Metro sejak 1988 itu, Sabtu, 6/5/2023.
Dari pantauan Jejamo.com di lokasi, nampak bangunan gedung pusat pertokoan itu tidak terawat karena cat mengelupas, sebagian dindingnya dilapisi lumut tebal, bahkan ditumbuhi tumbuhan liar yang menempel di sela-sela sudutnya. Dari sebanyak 24 titik pagar teralis, rata-rata keadaannya juga telah mengalami kerusakan yang parah. Kemudian instalasi penampung air hujan di lantai dua mengalami kebocoran, sehingga air dari atap rembes dan bocor membasahi hingga ke lantai dasar. Lalu di bagian luar, seperti area parkir dan trotoar juga terlihat tak terawat dan rusak. Lapisan aspalnya sudah rontok mengelupas dan berlubang, juga sebagian besar konstruksi trotoar telah hancur.
Padahal, setiap pedagang di Shopping Center itu secara rutin membayar retribusi setiap hari , yang disetorkan kepada dinas terkait. Menurut Sutan, tarif pungutan itu berkisar antara Rp3 ribu sampai Rp5 ribu per hari untuk pedagang di lantai 2. Sedangkan untuk pedagang di lantai satu Rp8 ribu sampai Rp24 ribu per hari menyesuaikan jumlah kios yang digunakan sebagai lapak dagang.
“Biaya retribusi yang kami bayar beda-beda, tergantung jumlah kios yang dipakai. Ada yang cuma pakai satu kios, ada juga yang sampai 4 kios. Tarifnya yang di lantai dua itu Rp300 per meter persegi dan yang di lantai satu itu Rp500 per meter persegi. Satu kios itu ukurannya 4×4 meter,” bebernya.
“Itu dibayarkan sesuai dengan Perda tahun 2011 tentang retribusi. Kami di pasar Shopping Center ini mulai dikenakan retribusi, kalau nggak salah sejak 2016. Sudah 7 tahun inilah kira-kira,” timpalnya.
Sutan mengungkapkan, pihaknya berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Metro akan tergugah untuk merenovasi gedung Shopping Center. Minimal, memperbaiki kerusakan-kerusakan dan atau hal yang dianggap krusial terlebih dahulu. Terlebih jika mengingat retribusi yang selalu diusahakan para pedagang untuk dibayar, meski kondisi pasar sedang sepi.
“Insya Allah kami selalu tertib bayar retribusi kok. Atau kalau memang perlu, nggak apa-apa biaya retribusi itu dinaikkan, toh hitung-hitung kami membantu pemerintah mendongkrak PAD kan? Tapi, ya asalkan kami juga diperhatikan dong. Banyak sekali lo kerusakan-kerusakan di gedung ini. Kalau keadaannya makin memburuk, ya gimana calon pembeli bisa nyaman belanja di sini,” tukasnya.(*) (Anggi)