Kota Metro, Jejamo.com – Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Metro, Ampian Bustami, meminta Percasi Kota Metro adakan turnamen tetap Catur se-Lampung. “Saya dukung Percasi adakan turnamen, silahkan ajukan kegiatannya, itu sarana meningkatkan prestasi atlet, apalagi animo masyarakat terhadap catur tinggi,” katanya kepada Jejamo.com, saat beramah-tamah dengan pengurus Percasi Kota Metro di Pondok 21, Metro Timur, Kamis, 28/11/2019.
Perihal minimnya dana pembinaan Percasi Kota Metro, Ampian mengakui KONI akan melakukan lobi kepada Pemkot Metro. “Saat ini KONI tidak lagi mengelola dana pembinaan atlet, saya prihatin, bahwa atlet dan pelatih butuh suplemen untuk menghadapi pertandingan, tapi anggaran yang diberikan Pemkot Metro memang kecil, itupun dikelola Disbudpadpora, tapi untuk peningkatan ke Percasi kami akan bantu koordinasi dan lobi pemkot,” terangnya.
Anggaran Percasi Kota Metro diketahui hanya Rp7 juta per tahun. Dana tersebut termasuk untuk kegiatan organisasi, akomodasi pertandingan, pembinaan atlet, kesekretariatan, dan kepelatihan.
Anna Morinda, Ketua Percasi Kota Metro, mengungkapkan sebelumnya anggaran pembinaan Percasi Kota Metro bahkan hanya Rp5 juta per tahun. “Walaupun jauh dari cukup, anggaran Rp7 juta saat ini sudah meningkat, dulu cuma Rp5 juta. Bahkan 2017 kita gelar Kejuaraan Daerah (Kejurda) dengan dana gotong royong, tidak ada dari Pemkot Metro,” katanya.
Prestasi atlet Percasi Metro tergolong baik. Terbaru, atlet Percasi Metro mampu menyabet anugerah Pemain Terbaik Lampung dalam turnamen skala nasional yang diadakan Puslatpurmar-8 Teluk Ratai Lampung. “Dulu sebelum catur dicoret dari Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) atlet junior binaan kita selalu memperoleh emas di ajang O2SN. Kevin, Rama, Wahyu, mayoritas mereka berprestasi baik, tapi saat ini untuk intens berlatih sulit karena memang dana kepelatihan tidak ada, sayang karena mereka atlet masa depan Kota Metro,” ungkap Mandarisma, Koordinator Bina Prestasi (Bimpres) Percasi Metro kepada Jejamo.com.
Mandarisma berharap, Pemerintah Kota Metro mau terlibat aktif terhadap pembinaan atlet. “Kami minta Pemkot memikirkan pembinaan atlet, ikut partisipasi, jika atlet berprestasi maka Metro juga berprestasi, begitu sebaliknya,” imbuhnya.
Menurut Mandarisma, jika dibandingkan dengan usaha agrobisnis, dana pembinaan tersebut lebih kecil dari biaya penggemukan dua ekor sapi potong. Uang pakan sapi potong per ekornya sekitar Rp300 ribu per bulan, maka pengeluaran pakan dua sapi untuk satu tahun adalah Rp7,2 juta. Persoalanya, tegas Mandarisma, atlet adalah manusia yang mengorbankan waktu dan tenaga demi nama baik daerah. Sementara memanusiakan atlet adalah tanggung jawab pemerintah daerah.(*)[Arif Surakhman]