Jejamo.com, Bandar Lampung – Ada dua langkah yang bisa diambil untuk mencegah kanker serviks. Pertama bisa dilakukan dengan melakukan pap smear secara berkala. Kedua menggunakan vaksin serviks.
Demikian disampaikan Koordinator Yayasan Penyuluhan Kanker Indonesia (YPKI) Lampung Ririn Sri Lestari saat ditemui usai acara dialog di Radio ASN komplek perkantoran Pemprov Lampung, Rabu, 5/4/2017.
Ririn mengatakan pap smear sebaiknya diambil tiap dua tahun sekali. Dimulai saat wanita sudah melahirkan atau sudah menikah. Pemeriksaan pap smear umumnya perlu dijalani oleh wanita usia subur yang sudah menikah.
Pada beberapa kasus pemeriksaan pap smear dapat dikombinasikan dengan tes untuk mendeteksi human papilomavirus (HPV). Terutama pada usia wanita usia 30 tahun ke atas atau yang sudah menikah dan melahirkan.
“Tidak ada efek samping dan tidak perlu takut,” jelas Ririn.
Hal senada dikatakan oleh Dokter Gilda Putri dari PMI Bandar Lampung. Menurutnya, sama seperti tes medis lainnya, pemeriksaan pap smear tidak 100 persen akurat.
Hasil yang tidak akurat ini bisa terjadi antara lain karena kurangnya sampel sel yang diambil. Juga adanya peradangan atau daerah yang menghalangi penampakan sel yang diambil. Bisa pula karena adanya peradangan atau darah yang menghalangi penampakan sel abnormal.
“Meski tidak sepenuhnya akurat, tetapi makin cepat sel abnormal terdeteksi maka makin cepat penangannya yang dapat diberikan untuk menghindari risiko yang lebih mematikan,” jelas Dokter Gilda.
Sel kanker, menurut Dokter Gilda, cepat sekali jika berkembang seperti kasus yang menimpa selebriti Julia Perez. “Meski begitu kanker serviks dapat dicegah. Jadi sebelum terlambat, bagi yang telah menikah dan memiliki anak tidak ada salahnya kalau kita periksakan secara dini dengan melakukan pap smear dan vaksin serviks karena keduanya saling berhubungan,” lanjut Dokter Gilda.(*)
Laporan Widyaningrum, Wartawan Jejamo.com