Jejamo.com – Juru bicara RSUP Dr Sardjito, DIY, Trisno Heru Nugroho mengatakan wajah semua korban yang meninggal akibat menegak minuman keras oplosan menghitam. Korban yang kesemuanya merupakan mahasiswa itu dipastikan keracunan zat kimia berbahaya.
Menurut Heru Tim medis RSUP Dr Sardjito tidak bisa mendeteksi jenis zat kimia yang terkandung di dalam tubuh 12 orang yang dirawat. Tim medis RSUP Dr Sardjito tidak bisa melakukan otopsi karena keluarga korban tidak mengizinkan. “Seandainya diizinkan ada otopsi dalam, kami bisa tahu, zat kimia apa saja yang meracuni para korban,” ujarnya.
“Ada 12 korban yang dikirim ke Sardjito sejak beberapa hari lalu, enam meninggal dunia,” kata Heru Nugroho Senin, 8/2/2016. Seperti dikutip Tempo.co.
Heru menjelaskan, di antara enam korban meninggal dunia, dua orang ditemukan sudah meninggal di kamar kostnya sebelum dikirim ke RSUP Sardjito. Sementara empat lainnya hanya sempat dirawat sehari sebelum meninggal. “Semua korban yang dikirim ke Sardjito berstatus mahasiswa kampus swasta di Yogyakarta,” ujarnya.
Dalam empat hari terakhir, puluhan korban meninggal dunia di Sleman, Yogyakarta dan Bantul, diduga akibat menenggak miras oplosan. Kepolisian Resort Sleman merilis data yang menemukan bahwa sudah ada 26 orang meninggal dunia hingga Minggu 7/2/2016. Semua korban adalah mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta.
Sementara itu, berdasarkan keterangan seorang tersangka pembuat minuman keras oplosan Sasongko, ia mengaku minuman yang dia buat terdiri dari etanol 96 persen. Cairan itu kemudian dicampur dengan air mineral, citrun sebagai pemanis dan minuman perasa buah.(*)
Tempo.co