Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Lokakarya Penanganan Psikologis di Daerah Bencana Gelaran PKS Bandar Lampung, Yeti Widiati Paparkan Tips Perlakuan untuk Anak-Anak

Lokakarya DPD PKS Bandar Lampung tentang penanganan anak-anak daerah bencana. | Jenny Wulan Suryani

Jejamo.com, Bandar Lampung – Lokakarya mini dengan tema “Dukungan Psikologis Bagi Anak-anak di Daerah Bencana dengan Metode Healing”, yang dihelat di Aula DPD PKS Bandar Lampung memberi kan banyak manfaat bagi para pesertanya. Jumat, 11/1/2019.

Aara tersebut diisi oleh narasumber psikolog Yeti Widiati. Ia menjelaskan akibat bencana alam bagi manusia mulai dari infrastruktur, manusia, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.

Yeti membahas konsep evaluasi dalam bencana, pengenalan korban termasuk karakteristik dan kategori korban, sindrom bencana, critical incident stress management, trauma dan penanganan krisis, P3K psikologis atau psychososial first aid (PFA).

Teknik-teknik lain yang bermanfaat untuk membantu korban mengatasi gangguan psikologis serta bangkit kembali dan memegang kendali dengan menstabilkan dirinya sendiri.

Yeti menegaskan teknik ini bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk menstabilkan agar bisa berpikir dan menyelesaikan masalah.

“Sebetulnya semua orang memiliki kekurangan, semua tergantung bagaimana kita menanggapinya dan memegang kendali atas diri sendiri,” ujarnya.

Yeti menyebutkan untuk anak bisa dengan teknik art therapy misal dengan mengajak peserta melakukan stimulasi emosi melalui aktivitas menggambar, kemudian memintanya untuk bercerita. Itu akan memudahkan untuk anak menstabilkan diri dan berpikir poaitif.

“Jangan pernah meninggalkan anak dalam kondisi negatif. Minta anak untuk menggambar hal yang menyenangkan, bisa dengan rumah, kamar, bunga, pemandangan, dan lain lain, sambil ditanya menggambar apa dan itu harus dalam keadaan menyenangkan,” ungkapnya.

Mengilustrasikan dengan menggambar dan membuat grafik, di mana sesuatu hal bisa di atas bisa di bawah, bisa hancur, dan bisa dibangun lagi. Tujuannya, kata dia, untuk mengekspresikan emosi anak secara pikiran, bahwa semua itu bisa diatasi dan dilewati.

“Tujuannya agar anak bisa tah bahwa sesuatu yang hancur itu bisa dibangun lagi,” kata Yeti.

Bisa juga dengan music therapy untuk merangsang motoriknya, dan play therapy (dongeng, psikodrama). Dongeng bukan dengan dongeng pasif, namun dengan intraktif.

Dia menambahkan untuk proses pemulihan ajari anak melindungi dirinya sendiri, gunakan permainan, serta lagu, dan experintial learning.

“Diharapkan mereka akan lebih cepat tanggap serta memahami hal-hal positif, bisa mendapat skema pola perilaku dan berpikir seperti apa yang harus mereka miliki dalam menghadapi kebencanaan,” pungkasnya. [Jenny Wulan Suryani]

Populer Minggu Ini