Selasa, Desember 17, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Mahasiswa Unila Olah Limbah Plastik Jadi BBM

Bahan bakar minyak dari daur ulang limbah plastik oleh mahasiswa Universitas Lampung. | ist

Jejamo.com, Tulangbawang Barat – Mahasiswa Iniversitas Lampung (Unila) memanfaatkan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak. Hal ini berdampak positif karena selain mengurangi limbah plastik, daur ulang yang dilakukan juga menghasilkan bahan bakar minyak bernilai ekonomi.

“Inovasi ini dilakukan mahasiswa KKN Unila di lingkungan Desa Marga Jaya Kecamatan Gunung Agung  Kabupaten Tulangbawang Barat menggunakan metode pirolisis,” kata Rofika, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Unila, dalam rilis yang diterima redaksi Jejamo.com, Rabu, 28/2/2018.

Pirolisis merupakan proses dekomposisi termokimia melalui poses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.

Selanjutnya pirolisis berbentuk liquid yang masuk dalam kategori generasi bahan bakar minyak (BBM) berbasis petrolium (minyak bumi). Bahan bakar minyak hasil pirolisis biomassa dari plastik akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan aroma seperti asap.

Kandungan bahan bakar ini terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen dengan sedikit sulfur. Komponen terbesarnya adalah lignin, alkohol, asam organik, dan karbonil.

Nilai kalor bahan bakar ini (heating value) sebesar 22,1 MJ/L. Nilai tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan diesel oil (38,9 MJ/L) dan fuel oil (23,5 MJ/L).

Pada  pembuatan bahan bakar minyak  dengan metode pirolisis ini, hal pertama yang dilakukan aalah membersihkan dan mengeringkan terlebih dahulu sampah plastik yang akan diproses. Lalu kedua memasukkan sampah plastik ke dalam tabung pembakaran (tabung reaktor) dengan menutupnya rapat-rapat.

Kemudian tahap ketiga memanaskan tabung pembakaran menggunakan kompor gas hingga mengeluarkan asap dari pipa tabung pembakaran. Pada menit ke 5 tetesan minyak mulai keluar, pada menit ke 15 tetesan minyak mulai mengalir deras dan pada menit ke 40 tetsan minyak mulai berhenti untuk proses pirolisis sampah sebanyak kurang lebih 800 gram.

Dalam  proses pirolisis sampah plastik sebanyak 800 gram dapat menghasilkan bahan bakar sebanyak 200 mililiter.

“Bahan bakar hasil pirolisis dapan dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dan memberikan dampak pencemaran lingkungan yang sangat rendah,” terang Rofika.

Bahan bakar limbah plastik ini untuk sementara digunakan  mengeringan hasil-hasil pertanian dan perkebunan dan belum bisa digunakan untuk kendaraan bermotor karena masih memiliki kekurangan yakni nilai oktannya masih rendah sekali.

Ide kratif ini muncul dari tim KKN yang terdiri dari Rofika, Fadilah Arifki (Jurusan Matematika), Yoga Sanotala (Jurusan Ekonomi), Ajeng Handayani Utami (Jurusan Agroteknologi), Ulfa Luthfiana (Jurusan Kehutanan), Rizky Marelia Hutami (Jurusan Hukum), dan Merita Andriani (Jurusan Ilmu Pemerintahan).(*)

Populer Minggu Ini