Jejamo.com, Bandar Lampung – Edi Hanafiah (51), orangtua almarhumah Dhea Amanda, mengatakan, keluarga mendapat kabar via telepon dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Lampung yang dihubungi Deputi IPDN, Semarang, Jawa Tengah, bahwa putri pertamanya meninggal dunia.
“Kami dapat kabar sekitar pukul 09.30. Ditelepon, katanya Dhea sudah enggak ada. Katanya anak saya meninggal sekitar pukul 8.00 saat olahraga, tiba-tiba sakit perut. Sempat diberi pertolongan, tapi tidak tertolong,” ujarnya kepada jejamo.com saat ditemui di kediamannya, Minggu, 1/10/2017.
Edi menuturkan, kepergian secara tiba-tiba anak pertama dari tiga bersaudara itu diduga bukan karena sakit. Pasalnya, sebelum wafat, Dhea sempat menghubungi keluarga sekitar pukul 05.00. Dan putrinya juga tidak riwayat sakit.
Baca:Â Mahasiswi IPDN Asal Lampung Dhea Amanda Meninggal Mendadak Saat Ikuti Diksar
“Kecurigaan kami adalah karena paginya anak saya itu tidak ada keluhan, keadaannya segar, dan sehat. Tetapi ternyata dapat kabar meninggal. Kami jemput dan akan kami otopsi. Karena selama ini tidak ada keluhan sakit apapun,” terangnya.
Dia menambahkan, selama masa pendidikan, putrinya sering cerita. Tetapi, kalau kekerasan di lingkungan IPDN, almarhumah tidak pernah cerita. Menurutnya, tadi pagi sempat masih ceria.
“Kalau tadi pagi ngobrol biasa saja, ceria gitu. Terus dia juga bilang katanya mau nebus foto, lalu saya bilang ambil aja uang di ATM secukupnya. Dia juga berpesan kepada saya untuk berolahraga,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, praja tingkat I IPDN angkatan 28 tahun 2017 asal Lampung, Dhea Amanda (18), meninggal secara mendadak saat sedang mengikuti pendidikan dasar di Semarang, Jawa Tengah. Kediaman almarhumah di Jalan Untung Suropati Nomor 33B, Kelurahan Labuhanratu Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, ramai oleh para pelayat.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com