Jejamo.com, Bandar Lampung– Indonesia adalah peringkat ke-4 pengguna internet di dunia. Namun, tidak dilandasi oleh literasi atau kufur budaya baca yang baik.
Sehingga, orang Indonesia terutama warganetnya mudah sekali menyebarluaskan informasi bohong atau hoax di taman media sosial.
Demikian dikatakan instruktur dari Google News Initiative Ibrahim Arsyad saat memberikan pelatihan Hoax Busting and Digital Hygiene kepada puluhan peserta di Gedung Rektorat Universitas Lampung (Unila), Sabtu, (21/9/2019).
“Dari 250 ribu warganet, hanya 1 yang punya bekal literasi yang memadai,” kata dia.
Ibrahim mengajak warganet tidak menjadi pelaku penyebarluasan informasi hoax.
“Hoax itu bikin bodoh masyarakat,” kata dia.
Ia juga mengimbau, para jurnalis jangan mudah menyebarkan berita hoax yang didapat dari media sosial.
Para pencari berita juga saat melakukan aktivitas peliputan harus membekali diri dengan kode etik jurnalistik agar mengetahui batasan-batasannya.
Ibrahim bilang, pengguna internet kadang terkecoh dan mengabaikan verifikasi demi mengejar kecepatan informasi.
Jurnalis juga dituntut cepat dalam memberitakan sebagai sebuah tuntutan publik.
“Verifikasi itu jantung informasi,” tandasnya. [Andi Apriyadi]