Jejamo.com, Lampung Selatan – Dengan mengandalkan gaji pensiunan dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung, Marsinah (74) atau biasa disapa Mbah Marsi, harus menghidupi kedua cucunya, Wulan Sari (18) dan Indra (12), yang mengalami tunarungu, tunanetra, dan tunawicara, bahkan tidak bisa berjalan.
Marsinah tinggal di rumah geribik di Jalan Gajah Mada, Gang Hidayah 1, Blok 3, RT 012, RW 005, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan. Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka masih mengandalkan pemberian tetangga.
Sementara itu, ayah Wulan Sari dan Indra, yakni Samsuddin (53), meninggal dunia beberapa hari lalu. Di kediaman mereka masih berdiri tarup, sejumlah kursi, dan keranda jenazah.
Marsinah menceritakan, Samsuddin meninggal dunia di rumah akibat penyakit yang dideritanya selama 9 tahun. Ia mengaku tidak mampu membawa putranya tersebut karena faktor ekonomi.
“Saya enggak punya biaya ke rumah sakit. Untuk keperluan sehari-hari mengandalkan pensiunan dari Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek. Itu juga cuma Rp500 ribu. Kadang ada ibu-ibu pengajian yang kasih bantuan,” ujarnya kepada jejamo.com saat ditemui di kediamannya, Minggu, 10/12/2017.
Dia hanya mampu membawa putranya untuk berobat ke bidan terdekat karena tidak menggunakan BPJS.
“Enggak bikin BPJS karena masalah biaya,” paparnya.
Dia menuturkan, almarhum meninggalkan dua anak, lain ibu. Almarhum sendiri mempunyai empat istri. Wulan adalah anak dari istri kedua, sedangkan Indra dari istri keempat.
“Kalau ibunya Wulan di Jakarta, sedangkan ibunya Indra meninggal dunia di Jakarta. Anak saya ini lama kerja di Jakarta dulunya, datang ke sini tiga tahun lalu,” kata dia.
Almarhum kembali ke Lampung mengajak Indra yang cacat mental sejak lahir.
“Indra hanya tidur di kamar. Sekarang saya sama Wulan yang merawatnya,” jelasnya.
Kata Marsinah, sekitar 10 tahun, Indra dapat berjalan dengan bantuan orang lain. Makan pun harus disuapi.
“Indra enggak pernah dibawa ke rumah sakit karena dia bukan sakit, memang begitu keadaannya,” kata dia.
Dia menambahkan, keluarga tidak terlalu berharap bantuan orang lain. Namun, dia berterima kasih atas bantuannya yang diberikan.
“Kami juga dibantu Komunitas Lampung Peduli,” pungkasnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com