Rabu, November 13, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Menderita Penyakit Langka, Bocah 4 Tahun Ini Terlihat Seperti Orang Tua

Bocah 4 tahun ,Bayezid Hossain dirumahnya bersama orang tuanya di Khalia, Bangladesh. Bayezid menderita penyakit genetika langka yang membuatnya terlihat seperti orang tua. |Cover Asia Press / Qamruzzaman

Jejamo.com – Seorang bocah di Bangladesh bernama Bayezid Hossain, 4 tahun, lahir dengan kondisi sangat langka. Ia tampak seperti seorang pria usia 80-an tahun. Wajah anak kecil ini bengkak, kulitnya kendur, sering mengalami sakit sendi, dan mata yang cekung.

Bayezid yang tinggal di luar Magura, Bangladesh Selatan, juga sulit buang air dan giginya mulai lemah dan rusak. Anak-anak di desanya menyebut dia dengan panggilan ‘orang tua’.

Orang tua Bayezid merasa sedih setelah diberitahu oleh dokter bahwa anak mereka tidak mungkin hidup melewati usia 15 tahun. Karena kondisi langka yang dideritanya yaitu Progeria dan Cutis Laxa.

Progeria adalah penyakit kelainan genetika yang membuat fisik bayi terlalu cepat menua. Sedangkan Cutis Laxa gangguan jaringan ikat yang membuat kulit sangat mudah teregang dan menggantung.

Ibu Bayezid yang kini berusia 18 tahun, Tripti Khatun, kagum pada kemampuan mental anaknya. “Bayezid belajar berjalan pada usia tiga tahun tetapi giginya sudah lengkap pada usia tiga bulan,” ujar Tripti yang melahirkan Bayezid pada usia 14 tahun.

Saat Bayezid lahir di sebuah rumah sakit bersalin pemerintah tahun 2012. Saat itu, Tripti dan suaminya Lovelu Hossain (22), merasa sangat sedih. Tripti mengaku sangat ketakutan melihat anaknya. “Dia tampak seperti alien dan itu memilukan bagi saya,” ujarnya.

Setelah mereka kembali ke rumah, berita tentang Bayezid dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Para tetangga berbaris di luar rumah mereka untuk melihat  Bayezid. Tetapi suami istri itu  mendapat  dukungan  warga.

Lovelu bekerja sebagai buruh upah harian. Dia dan istrinya adalah sepupu pertamanya sendiri. Pernikahan gaya ini merupakan praktek yang normal di wilayah pedesaan Bangladesh dan Asia Selatan. Lovelu dan Tripti sudah pernah ke rumah sakit, tempat-tempat suci, dan fakir untuk menyembuhkan penyakit anaknya.

Namun, situasinya tetap sama dan kondisi anaknya bahkan lebih buruk dari hari ke hari. “Tapi saya bangga padanya. Dia sangat cerdas dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Dia mengerti kondisinya tapi dia tidak suka bicara tentang hal itu,” ujarnya.(*)

Tempo.co

Populer Minggu Ini