Jejamo.com, Bandar Lampung – Lampung merupakan pintu gerbang utama Pulau Sumatera yang memiliki perjalanan sejarah yang tidak kalah menariknya dengan tempat lain di Indonesia. Lampung memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.
Meski daerah ini lebih dikenal dengan zona merah begal, namun terselip tempat yang bersejarah dan menyimpan banyak cerita yaitu Museum Lampung. Museum Lampung ini bukan satu-satunya museum di wilayah Bandar Lampung.
Namun ada bukti sejarah yang terpampang jelas dalam museum ini. Mulai dari koleksi fosil binatang yang telah beratus ratus tahun lamanya, batu, Alquran, uang kertas, fosil manusia purba, senjata militer, tulisan Arab Yunani, hingga barang bersejarah lain.
Dadio wibowo (48) seorang pemandu sejak tahun 1991 mengatakan ada beberapa keunikan dari koleksi bersejarah ini. Salah satunya, dia menjelaskan tulisan Arab Yunani yang dipercayakan akan memberikan aura positif atau daya tarik terhadap wanita.
“Misalnya ada seorang lelaki menyukai perempuan. Setelah si laki-laki menyatakan suka, namun ceweknya menolak, nah ini bisa membuat perempuan itu suka sama si cowok. Ini yang namanya cinta ditolak dukun bertindak,” ujar Dadio di Museum Lampung, di Bandar Lampung, Kamis (3/9).
Museum ini dibangun pada dibangun pada tahun 1978. Kemudian diresmikan pada tanggal 24 September 1988. Museum yang dibangun dengan gedung berlantai dua ini diresmikan langsung oleh Mendikbud saat itu Prof Fuad Hasan.
Museum ini menurut Dadio, sangat banyak dikunjungi siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Tidak hanya itu, kampus-kampus di Lampung juga telah bekerja sama dengan pihak pengurus museum untuk melakukan penelitian atau mempelajari sejarah dari koleksi dari museum.
“Keluarga, masyarakat umum. Sekarang yang tinggi minatnya anak anak sekolah,” imbuh Dadio.
Untuk mensosialisasikan sejarah dan budaya lampung, pengurus museum mengadakan program museum masuk desa dan museum masuk sekolah. Program ini merupakan upaya untuk membumikan sejarah dan budaya Lampung khususnya bagi masyarakat di luar Bandar Lampung. Program ini telah dilaksanakan sejak museum ini dibangun hingga saat ini.
Museum masuk sekolah dan museum masuk desa yaitu pergelaran koleksi yang ada dalam museum yang dipamerkan kepada sekolah sekolah dengan target empat kabupaten setiap tahun. Dalam pergelaran ini, pengurus harus melakukan observasi lapangan terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan para pengunjung.
“Pergelarannya enggak tentu, setahun kadang 4 kabupaten. Desanya dipilih. Per kecamatan dan Itu targetnya di luar Bandar Lampung. Setahun bisa empat kali. Satu kabupaten dua kecamatan,” beber Dadio.
Adapun alasan yang mendorong pengurus museum menggelar program ini yaitu karena alasan bahwa banyak masyarakat luar daerah Bandar Lampung yang memiliki keterbatasan transportasi untuk mengunjungi museum ini. Oleh karena itu, pihak pengurus menggelar pameran ke setiap kabupaten di Lampung untuk mensosialisasikan sejarah dan budaya Lampung. Sasaran utama pameran ini yaitu sekolah sekolah yang dinilai memperdalam wawasan siswa dalam pengetahuan sejarah lokal.(Merdeka)