Rabu, November 6, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Mengintip Potensi Budaya Lampung Sai Batin di Pardasuka Pringsewu

Salah salah prosesi Anjau Muakhi, penyerahan gelar kehormatan dari adat Lampung Sai Batin di Kecamatan Pardasuka, Minggu 14/12/2015. | Nur Kholik/Jejamo.com
Salah salah prosesi Anjau Muakhi, penyerahan gelar kehormatan dari adat Lampung Sai Batin di Kecamatan Pardasuka, Minggu 14/12/2015. | Nur Kholik/Jejamo.com

Jejamo.com, Pringsewu – Kabupaten Pringsewu merupakan gabungan dari sembilan kecamatan dengan mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Suku Lampung menjadi suku yang minoritas di kabupaten yang mekar ditahun 2008 ini.

Kendati demikian ada satu kecamatan di Pringsewu yang sampai saat ini berhasil mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Lampung Sai Batin secara utuh. Kecamatan ini adalah Pardasuka yang berada di selatan wilayah Pringsewu.

Pardasuka menjadi satu-satunya kecamatan dengan penduduk asli Lampung Sai Batin terbanyak di Pringsewu. Penduduk asli Lampung Sai Batin tersebar di lima pekon di Kecamatan Pardasuka, yakni Pardasuka Induk, Pardasuka Timur, Pardasuka Selatan, Tanjung Rusia dan Pekon Suka Negeri.

Menariknya budaya Lampung Sai Batin ini masih terjaga baik sampai saat ini, bahkan upaya pelestarian terus dilakukan dengan menjaga keutuhan cagar budaya yang ada.

Salah satu upaya pelestarian budaya Sai Batin adalah pemberian gelar kehormatan kepada pihak-pihak tertentu, seperti bupati, wakil bupati ketua DPRD dan lainnya yang dianggap memenuhi syarat.

Budaya ini disebut “Anjau Muakhi”, yang juga bertujuan untuk menyambung tali silaturahmi dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, seperti yang berlangsung di kecamatan setempat, Senin 14/12/2015.

Bupati Pringsewu Sujadi, wakil bupati Pringsewu  Handitya Narapati dan Ketua DPRD Pringsewu Ilyasa mendapatkan gelar kehormatan oleh penyeimbang adat bandakh makhga kecamatan pardasuka Pringsewu.

Ketua Adat Lampung Sai Batin, Suttan Bandakh Makhga, mengatakan penghargaan ini sesuai dengan hukum adat yang ada, sebagai wujud silaturahmi dan juga sebagai upaya kerja sama dalam membangun masyarakat pringsewu yang lebih berbudaya.

“Kita tahu budaya sekarang ini hampir punah ditelan zaman, terpengaruh oleh modernisasi. Kalau tidak ada andil dari pemerintah serta peran masyarakat itu sendiri maka udaya akan tenggelam dan terpendam,” ungkapnya.(*)

Laporan Nur Kholik, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini