Jejamo.com, Bandar Lampung – Acara peresmian fasilitas kesehatan dan monumen dr H Abdul Moeloek di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, Bandar Lampung, Sabtu, 25/2/2017, yang direncanakan ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek di depan patung dr H Abdul Moeloek batal dilaksanakan.
Penandatanganan prasasti terpaksa dipindah ke tenda, karena hujan deras yang mengguyur wilayah Bandar Lampung. Hujan deras menyebabkan panitia mengubah konsep acara berbeda dengan yang direncanakan.
Dalam penandatanganan prasasti tersebut, nampak hadir mendampingi Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek Gubernur Lampung M Ridho Ficardo.
Fasilitas baru milik RSUDAM Lampung ini terdiri dari gedung administrasi, gedung kebidanan dan penyakit kandungan, gedung instalasi bedah central dan gedung instalasi intensif terpadu (ICU, ICCU,NICU) , gedung laboratorium klinik serta gedung THT , mata dan kemoterapi.
Sedangkan monumen dr H Abdul Moeloek tersebut dibuat untuk menghormati jasa dr H Abdul Moeloek bagi masyarakat Lampung.
Dr Abdul Moeloek lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 1909. Pada usia 12 tahun, Moeloek merantau ke Batavia (Jakarta). Sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Bogor, setahun kemudian Moeloek memutuskan pindah ke Stovia, sekolah kedokteran yang didirikan Belanda.
Kiprah Abdul Moelek di dunia kedokteran dimulai saat lulus kuliah pada masa pendudukan Jepang. Ketika itu tentara Jepang memiliki misi membunuh para intelektual Indonesia. Beberapa dokter menjadi korban. Moeloek pun tak ingin mati sia-sia. Dia lantas memutuskan hijrah ke Semarang. Di kota itu dia menjadi seorang tenaga medis di RS Dokter Karyadi. Moeloek hanya beberapa tahun menetap di Semarang. Setelah itu, dia memutuskan mengasingkan diri di Desa Winong, Kota Liwa, Lampung Barat.
Ketika Indonesia merdeka, keluarga Moeloek memutuskan hijrah lagi ke Tanjungkarang, Bandar Lampung. Di kota itu Moeloek mengambil alih pengelolaan Rumah Sakit Tanjungkarang dari tentara Jepang.
Kemudian Moeloek ditunjuk sebagai kepala rumah sakit itu. Setelah wafat pada 1973, DPRD Lampung sepakat menamai RS Tanjungkarang dengan nama RS dr H Abdul Moeloek. Hal itu dilakukan untuk menghormati dedikasi dan jasa Moeloek bagi masyarakat Lampung.(*)
Laporan Widyaningrum, Wartawan Jejamo.com