Jejamo.com, Bandar Lampung – Darah menetes dari pelipis Dian. Di ujung bibir kirinya warna merah segar juga terlihat kasatmata. Mata sayu Dian seolah menyiratkan beban berat menghinggapinya sebelum “kematian”.
Setangkai bunga mawar ia gigit keras. Lengannya rapuh ke tanah. Sebuah pistol menjadi penanda bagaimana kronologis kematian itu dimulai. Dian pun menjelma menjadi hantu manis. Tepatnya, hantu manis dari Way Kandis.
Narasi yang redaksi tatahkan di bagian awal itu tentu bukan dalam arti sebenarnya. Tidak ada darah yang benar-benar mengalir. Pistol pun sebatas properti, pun demikian halnya dengan bunga mawar yang artifisial.
Dian memang mempunyai corak wajah sendu. Maka, ia pas dijepret dalam mimik wajah yang sendu. Seulas senyum juga dilempar namun bukan penanda bahagia, melainkan lebih pada senyum atas nasibnya yang berujung tragis.
Adalah fotografer Welly Setiawan yang punya nama beken Koko Welly yang meminta Dian berpose konsep itu. Kata Koko, mimik wajah Dian pas dengan konsep gothic semacam itu.
Gadis cantik itu pun disulap menyerupai sosok hantu cantik nan manis. Meski begitu, kesan seram-seram gimana gitu masih tampak. Kesan sunyi, sayu, dingin memancar dari wajah gadis yang lulus SMKN 1 Bandar Lampung pada tahun 2015 ini.
Dian tampak menilkmati sesi foto itu. Ia mengaku sering difoto tapi yang dikonsep cukup matang tidak begitu sering. Maka, saat ditawarkan konsep gothic itu, Dian mengiyakan.
“Aku memang suka difoto. Senang aja kalau pas difoto gitu meski kadang penempatan posisi aku sering kurang oke. Tapi aku kan masih belajar,” ujar dara cantik yang tinggal di Way Kandis itu kepada jejamo.com, Rabu, 9/8/2017.
Sulung dari dua bersaudara itu merasa enjoy saat berpose di depan lensa kamera fotografer. Ia merasa leluasa bergaya mengikuti mood dirinya, juga arahan dari fotografer. Dian menegaskan, semua yang ia lakukan karena suka, nyaman, dan tahap belajar.
Dara cantik kelahiran 12 Okrober 1997 itu senang difoto dengan konsep apa saja. Ia mengaku selama ini lebih banyak difoto indoor. Sesekali di luar ruangan juga dilakoni.
“Kebanyakan memang indoor. Kalau konsep kasual kebanyakan. Baru sama Koko Welly ini dibikin konsep agak beda,” ujar cewek dengan nama akun Instagram @dianoktamii_ itu.
Saat menjalani satu sesi foto dengan fotografer bernama akun Instragram Ikhsan Ciboci, Dian juga menjalani sesi dua kali pemotretan. Satu di dalam ruangan, satu di luar ruangan. Saat di dalam ruangan, Dian mengenak gaun mini berwarna hitam. Dian mengambil blocking pada sisi pintu studio sang fotografer.
Jepretan Ikhsan kontras antara warga gaun yang dikenakan Dian dengan latar putih dan cokelat yang mendominasi ruangan itu. Meski demikian, pancaran gaya Dian terasa menyatu dengan setting yang melatarbelakanginya.
Kebanyakan sesi foto Dian bersama komunitas fotografer memang masih dalam tahap belajar. Namun, seringkali juga ia menerima sejumlah “honor” usai menjalani sesi foto. Kata Dian, sementara waktu, ia tidak terlalu memusingkan soal honor.
“Buatku yang penting belajar dulu. Kalau dapat honor ya alhamdulillah. Kalaupun enggak ya enggak apa-apa. Kecuali kalau memang sesi fotonya dijelaskan sejak awal profesional, ya aku terima. Namanya juga rezeki, masak ditolak,” ujar anak pasangan Anwar dan Asih ini.
Dian bercerita awalnya ia diajak seorang teman yang seorang fotografer. Dari situ timbul kesukaan Dian bergaya di depan lensa kamera fotografer. Sampai dengan sekarang.
Soal kerjaan, Dian pernah bekerja di beberapa tempat, antara di sebuah swalayan berbasis franchise, kemudian menjadi sales promotion girl (SPG) untuk beberapa produk.
“Kebanyakan sekarang kerjaannya freelance. Pernah sih ada yang kantoran gitu tapi enggak lama,” ujar lulusan SMKN 1 Bandar Lampung Jurusan Administrasi Perkantoran ini.
Ada satu cita-cita yang sampai dengan sekarang masih tertahan. Dian ingin menjadi pramugari. Namun, kata dia, proporsi tubuhnya tidak memungkinkan menjadi pramugari.
“Tinggi aku enggak mencukupi, kalau kepingin sih jelas kepingin. Itu cita-cita lama banget. Tapi kalaupun enggak, ya enggak apa-apa. Mungkin bukan di situ profesi aku ke depannya,” ujarnya.
Meski demikian, asa Dian untuk sukses di masa depan tetap tertanam. Ia ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Satu jurusan yang ingin diarahnya sejak sekarang adalah perbankan.
“Aku mau lanjutin ke kuliah, jurusannya perbankan. Masih ada hubungannya juga dengan ijazah SMK aku di administrasi perkantoran,” ujarnya.
Dian paham, lulus SMK saja belum cukup untuk maju. Maka itu, ia bertekad melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
“Pakai ijazah SMA memang ada kans bekerja juga di perkantoran. Tapi aku lebih kepingin kerja setelah menyandang gelar sarjana. Pasti ada pengaruhnya kan pada gaji dan fasilitas kalau kita sarjana,” ujarnya.
Oke deh Dian, sukses untuk karier dan studi kamu.(*)
Laporan Adian Saputra, Jurnalis Jejamo.com