
Jejamo.com, Bandar Lampung – Ada kata-kata mutiara yang menyebutkan, cinta jatuh pada pandangan pertama. Mungkin itu juga yang terjadi pada dara cantik kelahiran Palembang, 23 Agustus 1999 ini.
Nama lengkapnya Nia Hidayati. Namun, ia biasa disapa Nay. Nay jatuh cinta pertama kali dengan dunia modelling kala melihat beberapa foto model di akun facebook beberapa fotografer yang berkawan dengannya. Selain itu, setiap melihat artikel model, Nay merasa suka.
Ia seolah menemukan dirinya di antara foto-foto itu. Barangkali yang ada di benaknya, “kalau aku yang difoto kayak gitu, pasti bagus ya.” Dari situ Nay mulai jatuh cinta. Orang Barat bilang: love at the first sight.
Saking suka dengan dunia model, Nay nekat mengajak chat seorang fotografer kenamaan di Bandar Lampung. Nay hanya kenal nama. Namun, ia tidak tahu kalau fotografer yang ia ajak ngobrol itu terbilang senior di Lampung.
Nay bahkan bilang, “bisa enggak fotokan saya. Berapa biayanya.”
Si fotografer dingin menanggapi sambil bilang, nanti kalau sudah aktif foto-foto, pasti ketemu dengan saya.
Dan ternyata itu kejadian. Fotografer tadi adalah termasuk yang memfoto Nay ketika ada event bersama beberapa juru foto lainnya. Dari situ Nay mulai eksis di dunia foto-foto dengan komunitas fotografer di Bandar Lampung. Spot pertamanya Pantai Tirtayasa.
Nay bilang, saat berada di depan lensa kamera fotografer itu ia bisa bebas berekspresi. Memainkan mimik wajah sesuai dengan keinginannya. Meskipun kebanyakan dan ini diakui para fotografer, Nay lebih cocok dengan wajah sendu atau melankolis.
“Kata mereka sih, wajahnya yang galau-galau aja. Pernah aku senyum, eh sama mereka disuruh balik pasang wqajah galau lagi, hehehe,” ujarnya kepada jejamo.com, Minggu, 18/2/2018.
Dari situ Nay kemudian mulai aktif diajak foto oleh beberapa fotografer. Namun, karena kesibukan kuliah dan di asrama, baru akhir pekan ia punya waktu untuk foto-foto.
Nay paling suka dengan konsep kasual. Mendekati seksi, ia masih oke. Namun, jika tawarannya sudah mendekati nude atau vulgar, Nay pasti menampik.
“Enggak mau kalau seksi-seksi gitu. Apalagi vulgar, enggak deh,” ujarnya.
Soal wajah, Nay memang mengaku banyak yang menilainya beretnik Tionghoa. Padahal Nay punya darah Palembang yang kental. Kedua orangtuanya berdarah Palembang.
“Pernah waktu aku foto, kebetulan kan fotografernya Tionghoa. Eh dibilang sama kawannya, elu bawa keponakan ya. Iya dia bilang, aneh kan. Tapi aku sih ya asyik-asyik aja,” ujarnya.

Nay merasa enjoy ketika difoto. Ia benar-benar menikmati satu demi satu sesi foto yang ia lakoni. Ia merasa bebas berekspresi. Ia merasa lepas. Barangkali kepenatan selama kuliah seminggu penuh, bia ia tumpahkan ketika bergaya di depan lensa kamera.
Dalam setiap sesi foto, Nay lebih banyak bergaya otodidak. Ia belajar sendiri. Mana yang kira-kira ia suka dalam berpose, ia lakukan. Dan fotografer kebanyakan juga tidak banyak menuntut. Begitu Nay dalam pose yang pas di lensa kamera mereka, segera mereka membidiknya. Cekrek. Blitz pun menyala. Dan rekaman wajah si model pun terekam dalam cip di dalam kameranya.
Sebagai model yang baru menjejak di dunia ini, Nay tentu punya keinginan meski dalam kadar yang sederhana. Ia ingin difoto dengan konsep busana yang wah dan elegan. Mungkin mirip dengan busana bridal. Namun, lebih ke arah dress yang elegan dan mewah.
“Aku udah ngebayangin sih. Difoto dengan balutan busana kayak gitu, pasti menyenangkan banget,” ujarnya.
Soal postur tubuh, Naya terbilang cukup proporsional. Beberapa ada yang memintanya agak menguruskan, tapi beberapa lain bilang sudah ideal. Tinggal disesuaikan dengan konsep yang dipakai saja.
Tapi aku enjoy dengan tubuhku sekarang. Kalau gendut, ya enggaklah. Aku kan bisa nilai juga. Yang jelas, ini pas kok,” ujarnya.
Soal cita-cita, mahasiswi sebuah akademi kebidanan di Bandar Lampung ini mengaku punya beberapa. Banyak amat, Nay, hehehe.

Nay bilang, karena sekarang sudah di kebidanan, tentu ia ingin menjadi bidan yang profesional. Selain itu, Nay juga menyimpan asa yang banyak terhadap beberapa hal.
Ia ingin punya usaha kuliner yang besar, punya butik pakaian, dan sebagainya. Banyak ya?
“Kalau cita-cita amat banget. Kalau bidan ini sebetulnya meneruskan cita-cita mama yang belum kesampaian, hehehe. Selain itu ya tadi itu, pengen banget punya rumah makan yang besar dan butik yang lengkap. Enggak salah kan punya cita-cita yang banyak. Masak cita-cita aja dilarang, hehehe,” kata dia.
Yang jelas, nilai Nay selama kuliah di semester I terbilang bagus. Meski kebidanan, Nay sudah punya basic yang lumayan. Ia lulusan sebuah SMK kesehatan di Bandar Lampung. Bahkan, masa PKL pernah dilakoni di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tjokrodipo dan Rumah Sakit Jiwa di Kurungannyawa, Pesawaran.
Ia juga tahu seluk beluk beberapa panti jompo di Bandar Lampung.
“Ya karena dulu di SMK Kesehatan, aku bisa ngikutin mata kuliah sekarang. Termasuk juga soal kejiwaan dan sebagainya. Ada untungnya juga dulu bisa PKL di beberapa tempat. Semakin banyak pengalaman kan semakin bagus,” ujarnya.
Sama seperti dengan dunia model, Nay juga ingin punya banyak pengalaman. Maka itu, setiap tawaran foto, selagi ia bisa dan tidak ganggu kuliah, pasti ia jabani.
“Kalau sudah sering difoto kan pasti dapat banyak pengalaman. Termasuk juga mencoba beberapa konsep yang dipakai pas foto. Biar aku tahu juga kuatnya aku di mana kalau difoto. Apakah pakai kasual aja, atau malah pakai konsep lain aku lebih kuat di situ. Kalau enggak dicoba kan kita enggak tahu,” kata dia.
Nay punya sisi lain namun agak mirip dengan aktivitasnya selama ini. Meski itu masih sebatas impian juga.
Nay menyimpan asa yang besar juga untuk ikut main film layar lebar. Ia bahkan menyimpan keinginan ikut dance. Namun, sampai dengan sekarang, ia belum menemukan tempat yang tepat untuk itu.
“Enggak tahu kalau belajar kayak gitu di mana. Tapi kalau kepingin sih ya kepingin banget. Termasuk main film layar lebar. Berlebihan enggak sih, hehehe,” ujarnya.(*)
Laporan Adian Saputra, Jurnalis Jejamo.com