Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebuah permen lolipop tampak seksi dinikmati Vivi. Bagian lengannya terbuka lantaran si empunya tubuh mengenakan sebuah kaus dengan lengan kutung atau terbuka.
Vivi duduk santai di sebuah sudut ruang foto. Lengan kirinya memegang beberapa helai rambut hitam. Gayanya santai namun sarat dengan keseksian. Beberapa kali Koko Welly, sang fotografer, membidiknya dengan lensa kamera.
Lain waktu, ia menelentang dengan beberapa buah kasur besar di bawah kepalanya. Vivi masih dengan aura seksinya yang “menantang”. Kali ini ia tidak memanjakan sebatang lolipop lagi. Ia santai bersandar pada kasur-kasur besar nan empuk.
Satu yang pasti, kesan sensual masih bisa dinikmati secara kasatmata. Begitu pesona seorang Vivi tatkala berada di ruang-ruang foto. Dan nyaris kesemuanya berada pada ruang tertutup (indoor).
Vivi memang merasa lebih nyaman dengan konsep semacam itu jika sedang berpose di depan lensa kamera para fotografer.
Untuk itu, ia lebih menyukai difoto indoor ketimbang outdoor. Meski area sekeliling lokasi outdoor sudah steril, Vivi tetap merasa tidak nyaman. Ia lebih menyukai difoto di dalam ruangan.
“Lebih nyaman aja kalau indoor. Aku juga bisa lebih leluasa ketimbang mesti di luar ruangan,” katanya kepada jejamo.com, Rabu, 15/11/2017.
Sejak SMP, bungsu dari empat bersaudara ini memang sudah suka difoto. Meski urusan foto termasuk yang belakangan dibandingkan dengan dua aktivitas utamanya ketika itu: menari dan merias.
Sejak SMP, model yang terbilang baru beberapa kali difoto oleh sejumlah fotografer di Lampung ini, memang sudah terbiasa menari. Ia piawai menari daerah dan modern.
“Kalau sexy dancer malah lebih kena. Tapi udah lama banget enggak nari. terakhir nari itu pas kelas 2 SMA,” ujarnya.
Dari pengalaman menari itulah, Vivi mendapat pengetahuan memadai soal merias. Maklum, sebagai penari, ia mesti mandiri dalam merias.
“Enggak ada make up artist atau MUA kalau kami dulu. Semua dikerjakan sendiri. Makanya sampai dengan sekarang terbiasa merias diri sendiri. Bahkan untuk merias orang lain pun bisa,” ujarnya.
Vivi mengatakan, sejak SMP ia memang sudah suka difoto dengan pakaian yang agak terbuka. Kata Vivi, ia merasa nyaman dan percaya diri banget ketika difoto dengan busana agak terbuka.
Maka, jika kita melihat akun Instagramnya @vivihrynto, galerinya kebanyakan memang dipenuhi dengan foto yang terbuka. Kebanyakan pada bagian bahu dan lengan serta tungkai.
“Enggak tahu deh kenapa suka banget kalau difoto dengan pakaian semacam itu. Kalau aku sih nyaman banget. Aku ngerasa bisa lepas berekspresi dengan konsep semacam itu. Mungkin juga karena postur aku enggak begitu tinggi. Kalau pakai yang kasual-kasual gitu kelihatan mini banget,” kata dia.
Meski demikian, tawaran foto vulgar dan lebih daripada yang ia lakoni selama ini, selalu ia tampik. Padahal, tawaran ke arah sana sering datang kepadanya.
“Kalau yang lebih daripada itu, enggak deh. Daripada nanti kenapa-kenapa. Tapi kalau sekadar untuk koleksi si fotografer dan tidak diposting, selama aku nyaman, bisa juga mendekati vulgar meski tidak seperti nude,” katanya.
Vivi memang tampak anggun dalam balutan busana hitam. Blocking saat dara kelahiran Bandar Lampung, 19 Desember 1997, itu duduk dengan tangan kanan menopang dagu memang terlihat sempurna.
Pencahayaan yang baik membuat raut wajah gadis berdarah Bugis dan Bengkulu ini enak dilihat. Â Vivi juga bukan tipikal model yang pernah belajar secara khusus soal gaya atau berpose. Ia otodidak.
Pun demikian saat ia difoto dengan merebahkan diri. Vivi makin sensual dengan gaya semacam itu.
“Kalau pas difoto, aku kebanyakan ya gaya sendiri aja. Jarang malahan kalau dapat arahan dari fotografernya. Dari dulu aku udah kebanyakan gaya sih, hehehe,” ujar Vivi yang punya tiga saudara sekandung perempuan semua itu.
Vivi lebih banyak ikut sesi foto pada akhir pekan. Waktunya kini lebih banyak untuk kuliah.
“Semester lalu kan sempat cuti, makanya ini lagi fokus banget kuliah,” ujarnya.
Meski senang difoto, untuk cita-cita, Vivi lebih memilih menjadi penyanyi.
“Kepingin banget kalau jadi penyanyi,” katanya.
Untuk urusan tarik suara, Vivi memang punya suara yang bagus. Saat melantunkan tembang “Rapuh”-nya Agnes Monica, suara Vivi mirip sekali dengan si empunya lagu.
Kiprah Vivi sebetulnya bisa saja kita simak di televisi dalam ajang Indonesian Idol. Ini beneran lho!
Saat ada audisi di Lampung Walk beberapa waktu lalu, Vivi juga ikutan. Di kelompoknya yang berjumlah 30-an itu, ia lolos sampai 9 besar dan mesti ikut audisi berikutnya di Jakarta.
“Sayang banget sih. Aku mau banget ke Jakarta nerusin audisi itu. Tapi Papa enggak ngebolehin. Disuruh fokus kuliah dulu,” ujarnya.
Selain kuliah dan foto, Vivi pun acap dipercaya menjadi pembawa acara atau MC pada pesta ulang tahun. Kebanyakan order memang datang dari kawan-kawannya sendiri. Meski begitu, ia tetap berlaku profesional.
“Ya tetap dibayar meski sama kawan juga, hehehe,” ujarnya.
Vivi bisa dibilang multitalenta. Jika di bidang model ia terbiasa, menari dan merias pun bisa. Pun demikian halnya dengan menjadi MC. Satu lagi talenta yang ia miliki adalah dalam hal komunikasi.
“Aku Duta Kampus tahun 2015. Waktu itu aku dites banyak hal, misalnya pengetahuan soal Lampung, public speaking, dan talent. Dan aku milih nyanyi waktu itu. Alhamdulillah terpilih menjadi satu dari 13 finalis Duta Kampus Darmajaya,” ujar alumnus SMA Utama 2 itu.
Dalam hidup, Vivi banyak berkiblat kepada kakaknya yang pertama: Riri. Buat Vivi, kakak perempuannya itu memberikan banyak inspirasi kepadanya.
“Bayangin aja, dia lulus dari Biologi MIPA Unila. Kemudian mau kerja di gerai Pizza Hut sebagai pelayan. Padahal ke tempat kerja bawa mobil. Dia enggak malu melakukan semua itu,” ujarnya.
Kini, kakak pertamanya itu sudah mempunyai usaha sendiri. Dan itu menjadikan sang kakak menjadi teladan. Tak hanya buat Vivi seorang, tapi buat semua anggota keluarga.
“Pokoknya luar biasa banget deh. Bisa menginspirasi aku dan saudara-saudara yang lain,” katanya.
Oke deh, sukses ya Vi buat kuliah, karier, dan semuanya…..(*)
Laporan Adian Saputra, Jurnalis Jejamo.com