Berita Bandar Lampung, Jejamo.com – Bakda zuhur, langit mulai redup. Matahari mulai menutup cahayanya di balik awan. Dari kejauhan, terlihat seseorang yang sibuk mengatur lalu lintas mengenakan sweater, celana jins, dan masker. Hartono (33) sedang melakukan buka-tutup jalan lantaran pertigaan Jalan Pangeran Antasari sedang diperbaiki.
Dengan menggunakan alat komunikasi dan tongkat, ia mulai mengarahkan pengendara untuk berhenti. Dia sudah sekitar empat bulanan menjalani pekerjaan sebagai penjaga jalan. Ditemani rekannya, Baim (30), mereka mengatur dua arah jalan agar tidak terjadi kesemrawutan.
Hartono menjaga pintu jalan Campang Raya yang berhubungan langsung dengan pertigaan Jalan Antasari yang pertemuan jalurnya antara Panjang menuju Tanjung Bintang atau dari Panjang dan Tanjungbintang menuju Campang Raya. Kerja sama antarpenjaga pintu jalan harus padu.
Pekerjaan Hartono tidak ditentukan pagi, siang, atau malam. Ia mesti siaga 24 jam. Termasuk saat banyak orang terlelap. “Mau panas atau hujan, ya tetap jaga,” ujarnya kepada jejamo.com beberapa waktu yang lalu.
Setiap tim terdiri dari 3-4 orang. Masing-masing mempunyai peran. Ada yang bagian penutup jalan, pengatur lalu lintas, sampai bagian pelaporan.
Dalam seminggu, paling banter Hartono mengantongi duit Rp300 ribu. Kadang ada juga pengendara yang memberikan uang seikhlasnya.
Karena sistemnya buka-tutup jalur, penjaga jalan dituntut kerja ekstra agar tidak terjadi kemacetan. “Masalah yang sering terjadi itu kalau ada pengendara yang bandel dan tidak menuruti imbauan. Pastinya akan saling ketemu di satu jalur. Yang sering itu pengendara motor,” ujarnya.
Hartono tetap ikhlas menjalani pekerjaannya. Sambil mengisap rokok sebatang, dia mengimbau kepada pengendara untuk sabar dan menaati aturan lalu lintas.(*)
Laporan Habib Abdul Jalil, kontributor jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya