Jejamo.com, Pesawaran – “Derrrrrrrrrr…derrrrrrrrrrrrrt…drrrtt.” Di tengah berisiknya suara mesin penggiling kedelai, Musonif memasukkan beberapa karung berisi kedelai. Musonif, lelaki paruh baya yang lahir dan besar di Desa Kedondong, Pesawaran, Lampung, ini menjadi perintis sekaligus pendiri pabrik tahu pertama di daerahnya.
Pabrik tahu yang beralamat di Desa Kedondong, Way Harong, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, itu berdiri sejak 2007. Bapak tiga orang anak ini mendapatkan ilmu membuat tahunya dari pengalamannya menjadi pegawai pabrik tahu selama hampir satu tahun di daerah Natar, Lampung Selatan.
“Karena saya melihat di Kedondong ini belum ada yang membuka usaha pabrik tahu, saya mencoba merintis sendiri. Tentunya dengan dorongan dari istri saya,” ujar Musonif kepada jejamo.com, Sabtu, 19/12/2015.
Berkat usaha yang dirintis Musonif ini, 10 orang menggantungkan hidup dari pabrik tahu tersebut. Kebanyakan para ibu rumah tangga, namun ada pula beberapa remaja.
Soal kedelai sebagai bahan baku tahu, Musonif mengambil langsung dari Metro.
Para penikmat tahu di seputaran Pesawaran suka membeli di pabrik ini karena rasanya yang enak dan tak menggunakan formalin.
Tahu yang diproduksi Musonif banyak dipasarkan di Pesawaran hingga Bandar Lampung. Banyak pedagang yang mengambil langsung dari pabrik tahunya dan dijual kembali. Salah satunya adalah Dahlan, pedagang tahu di Pasar Cimeng yang sudah lama berlangganan dengan Musonif.
Berkat usaha yang ia rintis dari awal, Musonif bisa menyekolahkan ketiga anaknya. Salah seorang di antaranya sedang studi di IAIN Raden Intan Lampung.
Di tengah perkembangan pabrik tahu di daerah Kedondong, produk milik Musonif tidak pernah kehilangan pelanggan dan tetap eksis. Bahkan, seorang mantan pegawainya, sudah memiliki pabrik tahu sendiri.
Keinginan bapak berusia 47 tahun ini ingin melebarkan usaha pabrik tahunya ke berbagai daerah lebih luas lagi.(*)
Laporan Yoga Pratama, Kontributor Jejamo.com