Jejamo.com – Tak seperti batik yang sudah popular hingga ke mancanegara, kain tenun masih belum begitu populer dan diminati seperti batik.
Sjamsidar Isa atau akrab disapa Tjammy, kolektor wastra nusantara yang telah mengumpulkan kain selama lebih kurang 40 tahun, menceritakan pengalamannya bertemu dengan berbagai perajin kain dari seluruh pelosok negeri.
Salah satu hal yang membuat Tjammy prihatin adalah banyaknya perajin tenun yang hidupnya belum sejahtera.
“Kondisi ekonomi perajin tenun lebih menyedihkan, seperti mereka yang tinggal di pedalaman,” tutur Tjimmy sebagaimana dilansir kompas.com.
Ia juga bercerita, dibandingkan dengan perajin batik, penghasilan perajin tenun juga lebih rendah. Padahal, pembuatan tenun terbilang lebih rumit, karena butuh ketelitian, kesebaran dan proses yang lebih panjang.
Proses pembuatan yang rumit tersebut, akhirnya berimbas pada banyaknya motif tenun yang punah, terlebih kerumitan tersebut tak sebanding dengan nilai jual di pasaran.
Di Indonesia, setiap pulai besar memiliki kejayaan kain tenun, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, sampai Papua, menghasilkan kain tenun indah yang patut dihargai dan dibanggakan oleh bangsa Indonesia. (*)