Jejamo.com, Kota Metro – Mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, di tengah lonjakan harga kebutuhan pangan, menjadi tuntutan setiap kepala keluarga. Tak terkecuali bagi Muhammad Asrongi. Warga Kota Metro berusia 45 tahun ini menekuni usaha peternakan bebek peking di Pekalongan, Lampung Timur.
Selain memenuhi kebutuhan hidup, usaha berbasis agrobisnis merupakan investasi Asrongi ketika memasuki masa pensiun kelak.
Empat tahun silam, bermodal 43 ekor bebek peking dewasa dan satu set alat penetas elektrik dengan kapasitas 150 telur, Asrongi memulai usaha peternakan di Dusun 4 Gondang Rejo, Pekalongan, Lampung Timur. Pada lahan seluas kurang dari 2.500 meter persegi, Asrongi tekun merawat dan memperbanyak bebek dewasa yang dijadikan indukan.
Usaha tidak mengkhianati hasil, itu ungkapan yang tepat menggambarkan ketekunan Asrongi. Saat ini ia sudah memiliki ratusan bebek betina dan puluhan jantan. Serta alat penetas berkapasitas 500 telur.
“Alhamdulilah, setelah beberapa kali menjual anakan dan bebek dewasa, saat ini jumlah betina indukan mencapai 240 ekor dan puluhan bebek jantan. Kapasitas alat penetas juga sudah bertambah,” terang Asrongi.
Peternakan Asrongi khusus menjual bebek anakan sebagai benih dan bebek dewasa untuk pedaging. Bebek dewasa untuk kebutuhan pedaging ia jual seharga Rp40 ribu per ekor. Sedangkan bebek benih berusia 45 hari untuk keperluan pembesaran, ia banderol Rp10 ribu per ekor.
Setiap satu bulan Asrongi menjual 125 bebek dewasa berusia 60 hari. Dengan demikian omzet yang diperoleh Asrongi dari penjualan bebek pedaging mencapai Rp5 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya pakan dan perawatan, dia bisa mengantongi penghasilan bersih sebanyak Rp2 juta.
“Pendapatan kotor sekitar Rp5 juta per panen, dikurangi Rp3 juta untuk biaya perawatan dan modal hasilnya sekitar Rp2 jutaan,” terangnya.
Menurut Asrongi, keunggulan bebek peking dibanding jenis lokal adalah masa pertumbuhannya. Bobot daging bebek peking lebih banyak jika dibandingkan bebek jenis lain dengan masa pemeliharaan dan jumlah pakan yang sama.
Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh selama menekuni ternak bebek, Asrongi berpendapat bebek yang konon berasal dari Tiongkok dan dikenal luas di Amerika Serikat itu lebih tahan terhadap penyakit yang sering menyerang unggas seperti Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND).
“Selain itu, bebek peking juga tidak rentan terhadap flu burung,” ungkap Asrongi saat ditemui Jejamo.com, Minggu kemarin, 7/8/2022.(*)[Ricardo]