M Imron Rosadi
Ketua DPC PKS Kemiling
Tahun 2018 adalah momentum penting bagi proses kepemimpinan di berbagai provinsi, kabupaten dan kota yang ada di Indonesia. Khusus di Lampung, pada tahun tersebut, pemilihan gubernur dan wakil gubernur Lampung akan berlangsung. Dan pada tanggal yang sama, tepatnya 27 Juni 2018, akan digelar juga pemilihan kepala daerah Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Utara.
Tiga pilkada di Lampung merupakan bagian dari pilkada serentak yang berlangsung di 171 daerah di Indonesia. Jumlah tersebut meliputi 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota.
Mengutip informasi yang diperoleh detikcom, kurang lebih begini tahapan sementara Pilkada 2018:
Tahun 2017
Sosialisasi ke masyarakat (14-23 Juni)
Sosialisasi dan penyuluhan teknis ke KPU masing-masing daerah (14-26 Juni)
Membentuk Badan Penyelenggara Pemilu (30 September-29 Oktober)
Pemutakhiran data pilkada (24 Oktober-22 Desember)
Proses pendaftaran pasangan calon.
Calon perseorangan telah melakukan tahap sebelumnya dengan memverifikasi dukungan ke KPU (28-30 Desember)
Tahun 2018
Penetapan pasangan calon (6-7 Januari)
Kampanye (9 Februari-23 Juni)
Debat (9 Februari-23 Juni)
Kampanye melalui media masa, cetak, dan elektronik (10-23 Juni)
Masa tenang dan pembersihan alat peraga (24-26 Juni)
Pemungutan suara (27 Juni)
Rekapitulasi tingkat kecamatan (28 Juni-4 Juli)
Rekapitulasi tingkat kabupaten/kota (4-6 Juli)
Rekapitulasi tingkat propinsi (7-9 Juli)
Menarik bila kita mengikuti perjalanan pilkada di setiap daerah yang ada di Indonesia. Perang citra, bongkar aib selalu menjadi topik utama dalam setiap debat dan diskusi, sosialisasi dan deklarasi. Miris memang, namun kondisi inilah yang sama-sama kita sering temui.
Kondisi ini tentu saja bila terus berkembang, akan semakin mematikan nalar tentang kompetisi ide dan gagasan serta tawaran program dari para bakal calon yang akan berkompetisi.
Khusus untuk Lampung, kami mencoba mengikuti perkembangan perpolitikan dan perbincangan teman-teman di sosial media dalam menyongsong Pilgub di Lampung.
Dari pengamatan yang kami ikuti, paling tidak ada beberapa catatan menarik yang coba kami rangkum dari setiap perdebatan yang berkembang, khususnya yang ada di sosial media.
Pertama, dari setiap perdebatan kinerja incumbent misalnya, penilaian masyarakat lebih dominan digiring pada opini citra bukan pada efektivitas kinerja.
Bagi pendukung incumbent, tentunya sosialisasi hasil kinerja selama menjabat merupakan senjata ampuh dalam membangun citra agar periode selanjutnya akan dipilih lagi.
Pun sebaliknya, bagi kompetitor, kritik buruknya kinerja dan prestasi merupakan senjata andalan dalam rangka menjatuhkan citra incumbent di mata publik.
Kedua, perang buka aib dan kasus. Hal ini pun menjadi semacam cara ampuh untuk melumpuhkan lawan kompetisi. Sudah menjadi tren di setiap pilgub, bahwa bakal calon yang akan berkompetisi ada yang akan dibuka aibnya, bisa dugaan perbuatan asusila, pemakaian narkoba sampai pada tindak pidana korupsi.
Logika kerja kampanye di atas tentunya akan diberlakukan oleh calon-calon yang saat ini menjabat sebagai wali kota maupun bupati dan akan ikut berkompetisi di Pilgub Lampung.
Seperti yang kami singgung di atas, amat disayangkan bila pola-pola perang citra dan aib terus yang ditonjolkan. Maka, pola-pola elegan tentang kompetisi ide dan gagasan serta tawaran program unggulan akan semakin tergerus dan tenggelam.
Menanti Negarawan
Karakter negarawan tentu sangat dibutuhkan untuk kepemimpinan Lampung ke depan. Ia akan datang dengan tawaran ide dan program unggulan yang memang dibutuhkan untuk kemajuan provinsi ini.
Ia tidak akan disibukan dengan kampanye citra dan bongkar aib lawan, namun ia akan disibukan dengan melihat permasalahan Lampung secara utuh, kemudian menyusun sebuah tawaran tahapan kerja. Dan tentunya akan merangkul semua kalangan yang ada untuk bersama-sama membangun Lampung.
Negarawan adalah sosok yang harus memiliki kredibilitas dan kompetensi. Sebab, ia diharapkan menjadi pemimpin yang peduli, cerdas dan soluftif.
Karakter negarawan adalah sosok yang mengejawantahkan filosofi “majulah tanpa menyingkirkan orang lain”, “naiklah tinggi tanpa menjatuhkan orang lain”, “jadilah baik tanpa menjelekkan orang lain”, “bahagia tanpa menyakiti orang lain”.
Semoga negarawan benar-benar hadir dan memimpin Lampung.(*)