Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

OPINI PILGUB LAMPUNG: Mengapa Popularitas dan Elektabilitas Mustafa Naik?

Bupati Lampung Tengah Mustafa saat ronda bersama warga menggunakan sepeda ontel. | ist
Bupati Lampung Tengah Mustafa saat ronda bersama warga menggunakan sepeda ontel. | ist

Adian Saputra

Pemred Jejamo.com

Jika tak ada aral melintang, perhelatan Pemilihan Gubernur Lampung akan diadakan pada Juni 2018. Rakata Institute beberapa waktu lalu merulis hasil survei berkenaan dengan ini. Pembaca silakan membaca edisi survei itu yang redaksi turunkan. Redaksi menurunkan beberapa angle dari survei Rakata Institute itu.

Benar bahwa popularitas Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo masih unggul. Juga dengan nama Herman HN. Penulis mencuplik dari sisi akseptabilitas dan elektabilitas. Pertanyaan yang menggelitik, dan itu juga yang ditanyakan penyurvei dari Rakata, adalah jika Pilgub diadakan sekarang, siapa yang akan dipilih.

Dari hasil survei, Mustafa memperoleh 15,00%, Herman HN (14,10%), dan M. Ridho Ficardo (13,90%)

“Masih ada swing voters 44,70%. Dari 20-an nama tokoh di Lampung yang disurvei, ada 3 tokoh yang memiliki elektabilitas tertinggi di Provinsi Lampung. Mereka adalah 15,00%, Herman HN 14,10%, M. Ridho Ficardo 13,90%,” ujar Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto.

Perihal calon lain, yakni Gubernur petahana Ridho Ficardo dan Herman HN akan saya sempatkan menulis di kesempatan lain. Artikel ringan ini ingin saya fokuskan pada Mustafa, berdasar informasi yang masuk dan juga pandangan mata saya beberapa kali berkunjung ke beberapa daerah. Tulisan ini pun pandangan pribadi penulis.

Nama Mustafa memang cukup moncer belakangan. Masuknya nama Bupati Lampung Tengah ini ke dalam pembicaraan seputar Pilgub Lampung menarik perhatian. Mengapa kemudian nama mantan Presiden Fakultas Teknik Universitas Lampung ini lantas melejit?

Menurut penulis, Mustafa ini tipikal yang cepat dalam bersikap. Ia juga cepat menggerakkan komunitas-komunitas. Sehingga, dalam tempo relatif cepat, beberapa organisasi berdiri dan sudah menegaskan ke kubunya. Ambil contoh Sobat Mustafa. Beberapa banner yang terpasang juga diatasnamakan Sobat Mustafa.

Soal banner ini, meskipun beberapa orang tak suka lantaran suasana kota malah diramaikan banner, tetap menjadi alat pengerek popularitasnya.

Banner, ketika ditempatkan di tempat keramaian, tentu akan banyak dilihat orang. Apalagi ukurannya yang besar sehingga sekali toleh kita bisa tahu siapa tokoh itu. Pada noktah ini, buat saya, Mustafa leading.

Beberapa kali liputan ke daerah Pringsewu, Tanggamus, Metro, Lampung Timur, dan beberapa daerah lain, banner Mustafa memang mendominasi.

Banner Gubernur Lampung Ridho Ficardo, sepengamatan saya, baru agak ramai muncul jelang Lebaran. Cukup massif juga sepenglihatan saya.

Persebaran banner yang lumayan banyak ini tentu akan semakin mengenalkan Mustafa pada warga Lampung. Dan orang pun kemudian mahfum, Bupati Lampung Tengah ini sudah siap menjadi kandidat gubernur.

Alat peraga memang diikhtiarkan mengenalkan seseorang kepada khalayak. Dahulu juga, jelang kontestasi Pilgub yang lalu, tak banyak orang kenal siapa Ridho Ficardo. Namun, dengan menebar banner, spanduk, dan alat peraga lainnya, orang kemudian mengenalnya. Dan kita sama-sama tahu, Ridho Ficardo sukses memenangkan Pilgub Lampung tahun 2014 dengan massif memasang alat peraga ditambah strategi kampanye yang lain.

Kini, Mustafa yang melakukan itu. Ia boleh dibilang lebih cepat bergerak ketimbang bakal calon lainnya. Baru-baru ini Arinal Djunaidi yang bergerak dengan timnya menggunakan banner dan baliho besar di sejumlah titik strategis. Arinal juga menggunakan kesenian wayang kulit, pergelaran senam massal, dan jalan sehat.

Balik ke Mustafa. Lantaran menggunakan banner sebagai alat sosialisasi, wajar kalau kemudian nama Mustaf ini terkerek di benak publik. Setidaknya, Mustaf mensejajarkan diri dengan bakal calon petahana lainnya. Bisa jadi, seorang warga semula hanya tahu Ridho Ficardo dan Herman HN untuk wilayah Bandar Lampung. Karena alat peraga Mustafa juga tersebar banyak di wilayah Bandar Lampung, tingkat popularitas Mustafa juga naik. Pengetahuan orang terhadap bakal calon yang hendak ikut dalam Pilgub Lampung pun bertambah.

Logikanya, saban hari orang Bandar Lampung melihat foto Mustafa besar-besar di titik-titik strategis. Semakin lama dilihat, semakin terekam dalam pikiran. Boleh jadi, ingatan itu akan terus menguat. Paling tidak, orang se-Bandar Lampung tahu ada kandidat gubernur bernama Mustafa.

Pola ini kemudian ditambah dengan strategi bertemu massa secara langsung. Beberapa kali dalam reportase wartawan kami di lapangan, Bupati Ronda ini aktif mengisi acara-acara di kampus-kampus. Mahasiswa yang tadinya sebatas melihat gambarnya, kemudian bertemu Mustafa dalam kesempatan tatap muka. Daya rekam kita terhadap sang kandidat pun makin mengental. Bayangkan kalau ada ribuan orang yang seperti itu.

Poin pada alat peraga ini menjadi satu cara yang lumayan mantap untuk mengenalkan bakal calon gubernur. Memamg benar, ada protes juga dari warga perihal pemasangan tanda gambar ini. Ada yang protes soal mengapa dipasang dengan memaku pohon atau malah membuat suasana kota menjadi semrawut, dan sebagainya. Kabar terbaru dari berita kami, Pol PP Bandar Lampung sudah mencopot hampir semua alat sosialisasi para baka calon gubernur itu.

Poin kedua yang menurut saya membuat popularitas dan elektabilitas Mustafa melejit adalah ia lebih dahulu mendeklarasikan sebagai bakal calon gubernur. Sebuah acara yang besar beberapa bulan lalu digelar di halaman Islamic center Lampung Timur dan dihadiri Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Mustafa kemudian ditahbiskan sebagai bakal calon gubernur Lampung.

Saat yang lain masih mencari perahu atau menjajaki partai dan kandidat lain, Mustafa sudah gerak duluan. Ia ambil langkah cepat dengan mendeklarasikan keseriusannya menjadi bakal calon gubernur. Meski tak cukup bermodal NasDem dan mesti berkoalisi, Mustafa sudah menegaskan bahwa ia ingin maju sebagai kandidat gubernur.

Publik dan media massa kemudian meresponsnya. Dalam liputan media massa, ini menjadi menarik karena Mustafa menjadi orang pertama yang menyatakan secara terbuka hendak menjadi gubernur. Langkah cepat ini buat saya juga bikin popularitasnya terkerek.

Poin ketiga, tentu elemen pendukungnya banyak yang didirikan dan bergerak. Mustafa juga didukung banyak tim sukses yang sudah bergerak cepat. Beberapa kali redaksi mendapat undangan dari relawan Mustafa, seperti Sobat Mustafa.

Bahkan beberapa waktu lalu ada inisiatif untuk mengumpulkan wakil dari tiap media massa untuk meneken kontrak kerja sama iklan dengan tim sukses Mustafa. Adanya relawan yang bergerak untuk mensosialisasikan Mustafa juga punya pengaruh meningkatkan kepopulerannya. Semakin banyak tim yang bergerak, proses pengenalan kepada warga akan semakin massif. Maka itu, peluang Mustafa semakin dikenal, juga semakin besar.

Makin banyak orang yang mengenalkan calon, tentu semakin bagus. Makin sering disebut, orang makin kenal. Kenal dulu, baru  yang lain. Peribahasa bilang, tak kenal maka tak sayang. Untuk itu, proses pengenalan ini jika dilakukan oleh tim yang banyak, akan lebih efektif. Daerah-daerah yang jauh bisa dijangkau dengan keberadaan tim ini. Dan Mustafa seolah tahu benar bahwa tim ini memang mesti gerak cepat.

Keempat, Mustafa dekat dengan media massa. Sejak menjadi Bupati Lampung Tengah, saya perhatikan kedekatannya dengan insan media memang bagus. Hampir semua acaranya diliput dengan baik oleh wartawan. Maka, beragam aktivitas Mustafa bisa kita baca di beragam media, baik koran dan online, plus liputan televisi dan radio.

Dekat di sini tentu memang dibutuhkan oleh pejabat publik. Dan para jurnalis pun tentu senang bahwa narasumber mereka mudah diakses. Begitu mendapat isu tertentu soal Lampung Tengah misalnya, para wartawan bisa memintai komentarnya. Ini yang boleh jadi di beberapa tempat tidak demikian kepala daerahnya dalam bersikap.

Mustafa juga piawai menempatkan diri dan memberikan sentuhan dalam setiap event atau pembicaraan. Yang paling baru, saat mengembalikan berkas di Partai Hanura, ia juga membuat pernyataan yang menggelitik. Yakni, bahwa ia siap juga mendaftar menjadi gubernur jika Partai Demokrat membuka penjaringan. Padahal, kita mahfum, Ketua Umum Demokrat Lampung adalah gubernur petahana Ridho Ficardo. Nama Ridho, jika tak ada perubahan drastis, adalah bakal calon Demokrat. Bahkan, Wakil Gubernur petahana Bachtiar Basri pun disebut-sebut tetap berpasangan dengan Ridho. Di noktah ini, pernyataan Mustafa menjadi bumbu segar para jurnalis. Itu mungkin sesuatu yang ringan, tetapi itulah yang membuat angle pemberitaan menjadi menarik. Boleh juga kau Bung.

Kelima, kemampuan merangkul banyak kalangan. Jika ditelisik dari pemberitaan, Mustafa punya kemampuan yang bagus dalam merangkul semua elemen, baik itu organisasi massa, organisasi mahasiswa, juga tokoh politik lain.

Di Kota Metro, tokoh politik Darsono juga ikut mendukung Mustafa. Eki Setyanto yang mantan Wakil Bupati Lampung Selatan juga merapat ke kubu Mustafa. Selain nama Sobat Mustafa, Persatuan Silat Teratai Hati atau PSHT juga lebih dulu memberikan dukungan kepada Bupati Ronda ini.

Relawan Mustafa dan Kawan KECE setidaknya adalah yang paling mutakhir memberikan harapan kepada Mustafa agar melaju ke gelanggang Pilgub Lampung.

Kerja-kerja semacam ini memang membutuhkan kepiawaian tersendiri. Meyakinkan orang, meyakinkan banyak orang, meyakinkan lembaga agar mau bersama dan bekerja untuk pemenangan tentu bukan sesuatu yang mudah. Tapi, dalam konteks ini, kelihatannya Mustafa memang punya aura yang kuat sehingga mampu merangkul banyak elemen.

Saya pernah mendengar sebuah kalimat bahwa orang paling kuat itu bukan mereka yang punya kekuatan fisik yang besar. Orang paling kuat adalah orang yang mampu memengaruhi orang lain. Dan di titik ini, Mustafa bisa disebut salah satunya.

Sekian alasan yang saya kemukakan di atas, kemungkinan besar menjadi medium persemaian pengenalan Mustafa ke ranah publik. Ada banyak lagi analisis yang memungkinkan elektabilitasnya terkerek yang boleh jadi saya silap untuk menuliskan.

Namun, perhelatan sebenarnya belum juga dimulai. Semua peluang, semua kans, masih bisa terjadi. Mungkin juga ada kandidat yang punya strategi lebih slowly tapi akan gencar di titik akhir.

Semua pasti disesuaikan dengan taktik dan strategi serta bujet yang ada. Setidaknya buat saya pribadi, menulis semacam ini menjadi kegairahan tersendiri karena lama tak menulis opini, hehehe.

Ikuti tulisan saya berikutnya. Boleh jadi masih tentang Mustafa. Bisa jadi pula ke bakal calon lainnya. Dalam pikiran, saya sudah terbayang hendak menulis apa. Mungkin usai ini menelisik Ridho Ficardo dahulu kemudian calon lainnya. Terima kasih sudah mau membaca.(*)

(Tulisan ini pendapat pribadi)

Populer Minggu Ini