Jejamo.com, Lampung – Setelah sempat menuai kejayan pada dua tahun terahir, hobi batu akik kini mulai meredup. Tingkat penjualannya pun kini terjun bebas. Hal ini seperti dialami para pengusaha jual beli batu akik di Kabupaten Aceh Barat. Satu persatu pengusaha batu akik di sana mulai gulung tikar.
Ketua Gabungan Pencita Batu Alam (GAPBA), Nazaruddin seperti dilaporkan laman Tempo.co, mengatakan daya serap pembeli terhadap batu akik kini hanya berkisar dua persen. Situasi tentu saja membuat pengusaha tidak kuat menyelamatkan usaha mereka karena pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan.
“Lihat Mall Meulaboh yang dulunya membludak penjual dan pembelinya, hari ini sudah sepi,” katanya, Minggu 6 September 2015. Nazaruddin kemudian menjelaskan, selain dipengaruhi daya beli yang rendah, harga batu akik juga tidak memiliki standarnya, tidak seperti intan yang memiliki standar dan dijamin secara internasional. Untuk itu dia menyarankan, pemerintah Aceh menyelamatkan usaha batu akik masyarakat, karena Aceh memiliki potensi besar dengan sumber daya alam itu.
Selain turunnya peminat, menurut Nazaruddin, penyebab lainnya adalah para penjual batu bongkahan yang membawa batu akik dalam ukuran besar keluar daerah, bakan hingga ke luar negri. Harga batu bongkahan ini sangat murah sehingga merusak pasaran batu di Aceh.
Saat ini, sudah lebih ratusan ton dikeluarkan dari aceh dalam bentuk bongkahan tanpa ada legalitas pemerintah. Jika hal ini terus terjadi, maka penghasilan perajin dan pebisnis batu akik setempat akan sangat terpukul. Ia berharap pemerintah setempat dapat mengeluarkan regulasi agar usaha batu akik dapat terus bertahan.(*)