Kamis, November 7, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Pandemi Bawa Rezeki, Ikra Inisiasi BI Bikin Batik Siger Makin Berinovasi

Laila Al Khusna. | Adian Saputra

Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebuah pesan melalui aplikasi WhatsApp masuk ke ponsel Laila Al Khusna. Staf pribadi ketua Tim Penggerak Darma Wanita Provinsi Lampung Riana Sari Arinal meminta Laila menyiapkan beberapa potong batik tulis khas Siger yang selama ini diproduksinya. Staf itu mengabarkan ada pesanan cukup banyak.

Khusus untuk keluarga Riana Sari Arinal, istri Gubernur Lampung Arinal Djunaidi itu meminta batik tulis khas Siger dengan motif yang unik.

Sedangkan beberapa lagi dipesan untuk istri pengurus Partai Golkar, di mana suami Riana itu memang orang nomor satu di partai berlambang pohon beringin.

Laila Al Khusna yang saban hari lekat dengan sapaan Una, kemudian memberikan informasi itu kepada 30-an staf yang kehidupan periuk nasinya bergantung pada balik tulis Siger.

Mereka terbagi atas beberapa pekerjaan. Ada yang khusus menggambar, membatik, mewarnai, dan bagian manajemen lainnya.

Pandemi covid-19 seperti sekarang rupanya bukan penghalang bagi Una dan Batik Tulis Siger yang ia usung untuk diam.

Nyaris tak ada kata berhenti untuk berkarya, menemukan motif baru, menemukan desain baru, mencoba ukiran baru, dan lainnya. Bisa dibilang, sejak 2008 memulai Batik Tulis Siger ini, Una tak pernah berhenti untuk berinovasi.

Permintaan semacam ini bukan sekali-dua kepada Una. Istri Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato juga memesan beberapa potong kain batik tulis Siger untuk dijadikan cenderamata.

Kepada mereka yang memesan, Una tentu saja bertanya motif yang diinginkan. Ia berusaha memenuhi semua permintaan itu. Meski demikian, Una dkk tetap mempertahankan DNA batik tulis Siger khas motif Lampung.

Una kini menggunakan pewarna dari alam. Pewarna yang ia pakai dari kayu-kayuan memang eksotis sekali.

Warna yang ditorehkan khas, tidak seperti bahan sintetik. Ini dilakukan Una sudah lama. Dan karena itu, harganya pun menjadi sangat premium.

“Kalau pesanan yang istri gubernur, istri menteri, tentu kami memberikan yang terbaik karena memang mereka juga meminta yang demikian. Sudah lama kami menggunakan pewarna alam. Semangatnya tentu saja untuk menjaga kelestarian dan lebih membuat produk kami berkualitas,” kata ibu dari tiga orang anak dan nenek dari 6 cucu itu.

Una bilang, praktis selama masa pandemi ini ia tidak pernah berhenti. Ada memang masa di mana barang yang ia produksi tidak ada yang terserap.

Masa awal pandemi dari Maret 2020 sampai dengan Juli 2020 dirasakannya sebagai momentum yang berat. Tapi bukan berarti menyerah.

Ia pun bukan tipikal yang mengeluhkan keadaan. Ia tetap berkarya. Syaratnya sederhana kata Una.

“Yang penting berprasangka baik kepada Allah swt,” kata perempuan kelahiran tahun 1958 itu.

“Mau ngeluh, kawan-kawan juga demikian. Mau nangis, ya semua juga nangis. Ya sudah, gerak terus, berkarya terus,” ujarnya.

Una menjelaskan, April 2020 mestinya ia berangkat ke Amerika Serikat untuk sebuah pameran batik internasional.

Namun karena dilanda pandemi, event urung digelar. Una pun gagal terbang. Tapi ia mengaku bersyukur.

Uang yang tadinya untuk terbang dan membuka gerai di pameran itu ia putar sebagai modal.

Maka, meski lima bulan bisa dibilang tak ada pemasukan, Una masih punya dana cadangan. Karyawan yang 30-an orang itu tak ada yang berhenti bekerja.

Ibrah lainnya, Una bisa menghasilkan batik tulis yang berkualitas selama masa awal pandemi itu.

“Yang biasanya mengerjakan biasa saja, kini luar biasa. Waktunya kan longgar. Karena pesanan bisa dibilang enggak ada. Kawan-kawan akhirnya mengerjakan dengan sangat telaten dan menjaga benar kualitas. Jadi waktu pandemi ini kualitas produk kami malah lebih meningkat,” kata dia.

Masa pandemi ini juga membuat Una lebih produktif. Pelatihan membatik secara online pun ia jalankan.

Jika dihitung dari awal ia mulai memberikan pelatihan dan pendampingan, sudah hampir 500-an orang yang menjadi alumni. Mereka kini kebanyakan sudah membuka usaha batik tulis sendiri.

Ada juga yang berusaha di bidang lain tapi masih rajin datang ke Batik Tulis Siger untuk membatik tulis.

Una senang. Ia bahagia bisa membagikan ilmu kepada yang lain. Ia tidak sedikit pun takut disaingi. Ia bahkan mendorong semua orang yang pernah belajar membatik kepadanya untuk menjaga benar kualitas.

Dan yang terpenting menjadi betul kekhasan batik tulis Lampung.
Dan satu tambahannya, gunakan pewarna alami meski harganya pasti lebih mahal.

Proses dan tingkat kesulitannya akan menentukan harga produk yang dihasilkan.

“Kalau pemesan dari Amerika dan Eropa lebih suka warna pastel, warna alam. Kalau pemesan dari Afrika lebih menyukai warna yang ngejreng. Ya kami upayakan memenuhi semua permintaan,” kata dia.

Batik Tulis Siger tidak berada pada jalan protokol dan di jantung kota. Jalan Bayam. Perumahan Beringin Raya. Nomor rumahnya 38. Masuk Kecamatan Kemiling. Di sini Una dan karyawannya berkreasi. Dari dulu sampai dengan sekarang.

Laila Al Khusna. | Adian Saputra

Bedanya ruang galerinya bertambah. Jika dahulu masih ada di bagian belakang. Ini bertambah ke depan. Ruang galeri Una khusus untuk memajang semua karya Batik Siger.

Ada kain-kain khas batik tulis yang disampirkan di beberapa kayu penyangga. Juga ada beberapa desain baju muslimah dengan kombinasi batik tulis.

Una memang ingin tetap berada di dekat perumahan dan lingkungan para tetangga. Ia lebih nyaman di sini ketimbang menyewa atau membeli ruko di jalan-jalan protokol di tengah kota. Selain bisa dekat dengan tetangga, para jiran pun bisa belajar membatik dan ikut bekerja.

 

“Biar aja di sini. Saya punya prinsip yang penting karya kita itu bagus. Kalau bagus, mau di dalam gang pun pasti konsumen cari. Dan dari pengalaman sejak 2008 ya memang itu yang terjadi,” kata nenek dari Suciati, atlet gymnastic ritmik Lampung yang akan bersiap ke PON Papua itu.

Una meyakini ia tidak akan bisa besar tanpa kontribusi banyak pihak. Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf pada tahun 2019 memberikan bantuan. Una menerima hibah alat-alat untuk pengembangan batik tulisnya.

Alhamdulillah bantuan itu bisa dimaksimalkan untuk peningkatan kualitas produk batik tulisnya.

Peran Dekranasda juga ia rasakan sangat besar. Semua produk UMKM, khususnya batik tulis, dibeli dan dipajang di ruang pamer Dekranasda. Jika ada event nasional, produk Una juga ikut dipamerkan. Banyak yang terjual. Mereka suka dengan kekhasan batik tulis Siger.

Kadang, Dekranasda juga membuat siaran langsung melalui akun Instagram mereka dan mempromosikan batik tulis khas Lampung, termasuk milik Una.

Una juga menilai, peran Bank Indonesia cukup besar terhadap promosi karya yang ia bikin. Bahkan yang terbaru saja, pada tanggal 9 September ia akan pameran di Bank Indonesia.

Memang tidak melibatkan orang banyak. Hanya beberapa saja.
Ia pun sedang mempersiapkan bahan untuk dipresentasikan dalam Ikra.

Ikra adalah Industri Kreatif Syariah. Peran Bank Indonesia, kata Una, besar pada Ikra ini. Prosedur untuk menembusnya pun lumayan ketat.

Una bercerita, karya yang ia buat akan dikurasi di Jakarta. Dari situ akan dinilai yang terbaik.

“Barusan tadi persiapan desain yang akan dipresentasikan,” kata dia.

Dikutip dari cnbcindonesia.com, Industri Kreatif Syariah atau Ikra adalah inisiasi Bank Indonesia. Tujuannya, sebagai bentuk terobosan agar pelaku usaha syariah dalam negeri secara berjamaah mampu berkompetisi dan menembus pasar global.

Ikra disebut sebagai platform pengembangan usaha syariah yang holistik di sektor fashion, makanan, dan minuman. Ini mencakup pengembangan kapasitas, branding, pemasaran hingga mempertemukan dengan pembeli dan investor global.

Una menilai, Ikra inisiasi Bank Indonesia ini membuat skala usahanya bertambah. Segmen konsumen syariah ini terbilang besar juga.

Dan Una memanfaatkan itu sebagai peluang. Jadi, jika dahulu ia hanya fokus pada pengembangan batik tulis, sejak ada Ikra ia melebarkan pengetahuan.

“Sekarang jadi lebih piawai untuk desain. Namun tetap dengan mengombinasikan batik tulis Siger. Karena berbasis syariah, kami menyesuaikan. Alhamdulillah justru peluang pasarnya bertambah. Ikra inisiasi Bank Indonesia punya peran signifikan terhadap pertumbuhan mode dengan tetap menggunakan batik tulis kami sebagai bahan baku utama,” ujar Una.

Prestasi Una di bidang batik tulis memang bukan kaleng-kaleng. Tahun 2015 ia pernah diundang pameran di Iran. Sebuah kampus yang berbasis di Negeri Para Mullah itu mengundangnya.

Una bicara di depan delegasi 50-an negara soal batik tulis. Jika membayangkan kala itu, bulu kuduk Una bergidik. Ia tak sangka seorang Laila Al Khusna diminta bicara pada acara internasional.

Semua biaya ditanggung. Ia pun masih bisa jualan batik tulis. Dan semua laris diborong. Tak ada potongan apa-apa.

Dari sana ia terbang ke Turki. Ircica, sebuah organisasi otonom negara-negara OKI, Organisasi Konferensi Islam, juga mengundang Una untuk pameran. Tak hanya itu, di sana ia menunjukkan cara membatik tulis yang disebut warga Turki sangat eksotis dan khas.

Una senang edukasi membatik tulis bisa sampai menembus negeri di jantung Eropa-Asia itu.

Di sana Una berkompetisi dengan wakil negara lain. Semuanya soal batik. Tak ada juara I yang ditetapkan panitia. Una juara III. Hadiahnya seribu dolar.

Juara II wakil dari Malaysia. Una membawa batik tulis, sementara wakil dari Malaysia membawa hiasan dinding motif batik.

Juri baru kaget ketika usai pengumuman Una bilang bahan baku yang ia pakai dari pewarna alami. Dari kayu-kayuan.

Sedangkan yang juara II dari Malaysia memakai bahan sintetik. Una mendapat respons meriah. Mereka salut karena wakil dari Indonesia menggunakan pewarna alami yang ramah lingkungan.

“Ini membuka mata mereka kalau produksi kita sesungguhnya lebih ramah lingkungan. Sudahlah produknya bagus, tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan,” tutur Una.

Una memang punya DNA di bidang ini yang tinggi. Jauh sebelum membatik tulis dan meneruskan tradisi orangtua, Una pernah bikin heboh publik Lampung.

Tahun 1998 saat krisis moneter, Una malah berkongsi dengan model terkenal Okky Asokawati. Ia membikin sekolah model.

Ada lima tahunan Una aktif di bisnis ini.
Ia membuat sekolah model untuk mendidik talenta Lampung bisa mentas ke nasional.

“Jadi model enggak cukup cantik. Ia harus cerdas, berkepribadian, punya karakter yang kuat,” kata dia.

Dunia digital juga membuka mata Una. Ia yang awalnya gaptek, kini aktif di media sosial. Anaknya yang lulusan kampus di Amerika Serikat, ikut mengajarinya aktif di media sosial.

Instagram dan Facebook yang disasar. Plus promosi di WhatsApp pada statusnya.
Akun Instagram @una-batiksiger_batiklampung kini punya 2.519 follower. Dari sini pesanan luar daerah banyak masuk.

“Barusan dapat order dari Yogyakarta, Surabaya, dan kota lain. Alhamdulillah, selalu prasangka baik sama Allah. Selalu berkarya, enggak berhenti belajar, dan selalu mau membagi ilmu. Saya enggak cari kekayaan, saya cari kebahagiaan,” tutup Una.

Ruang pamer Batik Tulis Siger ini tidak begitu luas. Lebarnya empat langkah kaki orang dewasa, panjangnya delapan langkah.

Di sini Una menerima tamu, memamerkan batik tulis, berfoto dengan konsumen, dan menerima wartawan yang hendak mewawancarainya.

Sebanyak 30-an staf di dalam galeri ini bekerja sungguh-sungguh agar batik tulis Siger khas Lampung ini makin dikenal di tingkat nasional dan internasional. [Adian Saputra]

Populer Minggu Ini