Jejamo.com, Jakarta – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menduga motif utama penculikan dan penyanderaan warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf adalah uang tebusan.
Hal itu menurut Gatot menjadikan Indonesia seperti sapi perah bagi kelompok Abu Sayyaf. “Kalau kita membayar terus, diminta uang terus, itu sama saja negara kita ini sapi perah,” kata Gatot seperti dikutip jejamo.com dari CNN Indonesia, Selasa, 12/7/2016.
Gatot mengatakan, ucapannya tersebut bukan menandakan bahwa selama ini pemerintah Indonesia membayar tebusan untuk menyelamatkan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Dia berpatokan pada keterangan Presiden Indonesia Joko Widodo yang menyatakan Indonesia tak akan pernah membayar tebusan Abu Sayyaf.
Namun dirinya tak tahu seandainya tebusan itu dibayar oleh perusahaan swasta tempat bekerja para WNI korban sandera. “Saya tak tahu kalau swasta, tapi Presiden sejak awal menyatakan tak ada negosiasi dan saya berpedoman pada itu,” katanya.
Pelaut Indonesia lagi-lagi menjadi sasaran penyanderaan oleh kelompok bersenjata. Tiga anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia diculik dari kapal mereka di perairan Sabah, Malaysia, Sabtu malam (9/7). Ini insiden penculikan kelima yang terjadi dalam tiga bulan terakhir, menjadikan Indonesia negara favorit para ‘bajak laut’ yang kemudian menyandera para pelaut RI itu untuk meminta uang tebusan.
Kasus terbaru di perairan Sabah diduga melibatkan komplotan Abu Sayyaf seperti ketiga kasus penyanderaan sebelumnya. Kelompok militan Abu Sayyaf yang memiliki basis di selatan Filipina dikabarkan telah berbaiat pada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
The Star melaporkan, berdasarkan keterangan Komisaris Polisi Sabah Abdul Rashid Harun, kelompok yang menculik tiga pelaut Indonesia di perairan Sabah mengenakan pakaian militer. Mereka terdiri dari lima orang, menenteng senapan laras panjang M14 dan M16.(*)