Jejamo.com, Kota Metro – Sebanyak 31 peserta mengikuti kegiatan pelatihan bersertifikasi “Makanan Khas Lampung” yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kota Metro, Senin, 8/5/2023.
Kegiatan yang diinisiasi Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kota Metro itu diikuti para ibu rumah tangga, pelaku UMKM, dan seorang chef yang berlisensi. Makanan khas Lampung yang disajikan di antaranya gulai taboh dan pisro.
Asisten II Setda Kota Metro, Yeri Ehwan mengapresiasi kegiatan tersebut. Dia menyebut pelatihan kuliner itu sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan adat Lampung, khususnya di sektor kuliner.
“Saya sangat mengapresiasi pelatihan makanan khas Lampung ini ya. Karena sudah barang tentu, kita sebagai warga Lampung mengetahui apa warisan dari nenek moyang kita secara turun menurun. Sebab, potensinya sangat baik. Akan tetapi mungkin banyak juga masyarakat yang belum mengenal makanan khas Lampung yang memang punya kekhasannya sendiri, dan saya rasa itu perlu digali kembali dan dilestarikan,” kata Yeri saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan pelatihan.
Soal sertifikasi makanan khas Lampung, menurut Yeri hal itu akan menjadi tolak ukur kelayakan konsumsi bagi masyarakat. Karena dengan tersertifikasi, produk yang dihasilkan telah memenuhi standardisasi untuk dikonsumsi.
“Setelah makanan khas Lampung itu disertifikasi, maka tentu itu akan menjadi jaminan bahwa produk itu telah siap dikonsumsi. Yang mana itu artinya dari sisi keamanannya, kebersihannya, dan kesehatannya sudah terjamin,” ungkapnya.
“Ketika memenuhi standar sertifikasi, maka para calon konsumen tidak ragu lagi untuk mengonsumsi makanan itu. Kalau enggak salah, tadi ada lebih dari 5 macam makanan khas Lampung ya yang akan dilakukan sertifikasi,” tukasnya.
Sementara itu, pegiat kuliner khas Lampung, Arif Surakhman, mengatakan telah menempuh waktu yang panjang dalam memperkenalkan makanan khas Lampung khususnya pisro.
“Untuk kegiatan pelatihan memasak kuliner khas Lampung ini yang akan kita branding adalah sayur pisro. Kebetulan sayur pisro itu sendiri, kami yang telah memulainya sejak 2015. Saat itu sayur pisro belum bisa ditemukan di Google Search,” terang Arif.
Melalui publikasi sejumlah platform media online dan media sosial, Arif berupaya memperkenalkan sayur pisro hingga akhirnya ada pengusaha kuliner yang menyajikan makanan khas Lampung itu di tempat usahanya di Kota Bandar Lampung.
“Sayur pisro ketika kita literasikan itu alhamdulillah menjadi happening, dan pertama kali yang mengaplikasikannya justru resto di Bandar Lampung, lebih tepatnya di Way Halim,” tandasnya.(*) (Anggi)