Jejamo.com, Bandar Lampung – Simonangkir, salah seorang pemilik agen koran Tahoma Agency, di Jalan Raden Intan No. 124 A, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung, menuturkan, perkembangan media sosial sangat memengaruhi daya jual koran. Kini, kata dia, penjualan koran secara drastis. Hal itu menyebabkan loper kurang mendapatkan penghasilan yang cukup seperti dulu.
“Sekarang kami sudah hampir kalah saing dengan media sosial dan yang pasti ini membuat resah dan bingung loper ke depannya,” ujarnya kepada jejamo.com, Jumat, 26/1/2018.
Saat ini di Tahoma Agency masih bertahan beberapa suplai koran nasional, daerah, dan majalah. Koran nasional misalnya Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Republika, Sindo, Kompas, Pos Kota, Merdeka, Lampu Hijau, Warta Kota, Koran Tempo, Sentana, dan Superball. Untuk harga koran nasional Rp4.000-Rp6.000
Untuk koran daerahnya misalnya Tribun Lampung, Radar Lampung, dan Lampung Post serta beberapa koran lain. Harga jualnya sekitar Rp3.000-Rp4.000. Ada juga majalah Bobo, Ummi, Tempo, Gatra, Swasembada, dan beberapa lainnya dengan harga yang bervarian.
“Yang lumayan stabil penjualan koran nasional,” kata dia.
Dari semenjak banyak orang menggunakan media sosial, kira-kira 2009 sampai tahun ini, kata dia, peminat koran luar biasa menurun.
Simon mengatakan, pihaknya sendiri tidak tahu harus bagaimana memilih strategi agar koran bisa menyaingi media sosial.
“Agen dan loper tidak berpenghasilan seperti dulu. Sampai saat ini loper yang ada di Tahoma Agency 100 orang .
“Tentunya kami mengkhawatirkan nasib koran karena penjualan menurun hampir 80 persen,” katanya.
Harapannya, posisi koran bisa kembali stabil dan eksistensinya bisa seimbang dengan media sosial .
Simon mengatakan, ia dan loper harap-harap cemas dengan situasi seperti ini.
“Semoga nanti bisa stabil walaupun kami juga enggak tahu kapan,” ujarnya.(*)
Laporan Anisa Trismawati, Kontributor Jejamo.com dari Pers Sukma Polinela