Jejamo.com, Bandar Lampung – Pemilihan Raya (Pemira) Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM Unila) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Rabu siang, sempat diwarnai keributan.
Sempat terjadi adu mulut karena puluhan mahasiswa Jurusan Sejarah dan FKIP Kampus Jalan Pangilma Polim terlambat datang ke TPS untuk melakukan pencoblosan.
Mereka meminta bisa menyalurkan suaranya, sedangkan Pansus Pemira sudah menetapkan batas waktu Pemira ditutup pada pukul 15.00 WIB.
Ketua Pansus Pemira BEM Unila Fauzul mengatakan, sesuai dengan peraturan Pemira selesai jam 15.00 WIB dan 15 menit kemudian dilanjutkan dengan penghitungan suara.
“Kami juga sudah sediakan bilik suara untuk teman-teman yang berada di kampus Polim. Total TPS ada 10, 8 titik di setiap Fakultas di Unila , 1 di Metro dan 1 di Polim,” jelasnya kepada jejamo.com, Rabu, 30/3/2016.
Sementara itu tim suskes dari pasangan calon nomor urut 2 menyayangkan keputusan dari Pansus. Menurut Rosyim juru bicara pasangan calon nomor urut 2 seharusnya pansus memberikan waktu tambahan bagi mahasiswa Jurusan Sejarah dan mahasiswa FKIP
Namun, pihak tim sukses dari pasangan no urut 2 menyayangkan keputusan dari pansus. Menurut Rosyim, juru bicara pasangan no 2 seharusnya pansus memberikan waktu tambahan untuk mahasiswa sejarah yang dan mahasiswa FKIP kampus panglima Polim yang datang untuk melakukan pencoblosan.
“Sebenernya sederhana saja, berikan waktu 5 menit mereka suruh milih, kan selesai, tidak akan sampai terjadi keributan,” ujar Rosyim
Meskipun sempat diwarnai keributan, akhirnya Pemira kembali dilanjutkan. Pemira untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden BEM Unila ini diikuti oleh dua pasangan calon. Pasangan calon nomor urut Ahmad Nur Hidayat dengan wakilnya Salma Faizah Ahmatullah dan nomor urut 2 Ahmad Naufal A Caya dan wakilnya Baidowi.(*)
Laporan Sigit Sopandi, Wartawan Jejamo.com