Jejamo.com, Lampung Selatan – Keprihatinan mengenai masih tertinggalnya pengetahuan anak-anak usia sekolah di pedesaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mendorong Sugeng Hariyono (32), pendiri Motor Pustaka, membentuk kegiatan Galang Belajar Kampung Cerdas.
Sugeng Hariyono awalnya sebagai penggiat literasi dengan menjadi pustakawan keliling dari desa ke desa dengan kendaraan roda dua yang diberi nama Motor Pustaka. Saat melihat ketimpangan yang ada di desa saat berkeliling itu, mendorong munculnya ide mendirikan Galang Belajar.
Ia menuturkan ketimpangan itu ia amati saat melakukan aktifitas membawa buku-buku bacaan bagi warga di Desa Lebungnala, Desa Kemukus dan desa lainnya di Lampung Selatan. Ia seringkali melihat banyak anak usia sekolah yang belum menguasai teknologi komputer meski sudah mengenyam pendidikan di sekolah.
Bahkan, bagi anak-anak di pedesaan maupun warga setempat, komputer masih menjadi barang mewah. Mereka juga beranggapan bahwa untuk belajar mengenai keterampilan komputer harus melalui kursus. Sementara para siswa yang belajar di sekolah hanya memperoleh nilai dan mendapatkan pelajaran komputer dalam waktu terbatas.
“Saya kemudian memiliki ide untuk membentuk kelompok Galang Belajar yang secara khusus merupakan kelas bagi anak-anak di pedesaan untuk bisa belajar komputer secara gratis,” ujar Sugeng Hariyono saat berbincang dengan Jejamo.com Minggu, 27/12/2015.
Media pembelajaran atau kursus komputer gratis yang diberi nama Galang Belajar tersebut dibentuk oleh Sugeng sekitar bulan Juli 2015. Dengan segala keterbatasan dan bermodalkan kedekatan dengan para pemuka desa yang memiliki peralatan komputer serta beberapa keluarga yang memiliki komputer, Sugeng memberanikan diri untuk meminjam komputer jinjing tersebut.
Awalnya ia hanya mendapat tiga komputer jinjing untuk mengajar, ia kemudian mengajak anak-anak usia sekolah untuk belajar komputer dengan bekal keahlian yang ia miliki.
“Kegiatan belajar dilakukan pada sore hari setelah pekerjaan membantu orangtua selesai hingga malam hari. Awalnya hanya diikuti beberapa anak, lama kelamaan banyak yang berminat,” kenang Sugeng yang merupakan pemuda asal Ponorogo, Jawa Timur dan merantau ke Lampung sebagai tukang tambal ban ini.(*)
Laporan Heri Fulistiawan, Wartawan Jejamo.com