Jejamo.com, Bandar Lampung – Pikiran manusia itu ibarat kopi yang berada di dalam gelas. Untuk membuatnya jernih, air kopi harus dibuang terlebih dulu.
Ilustrasi air kopi tersebut menjadi gambaran bahwa untuk mengembalikan pemikiran manusia yang mengalami trauma atau masalah, masalah harus dikeluarkan terlebih dahulu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Dalam acara bertema dukungan psikologis bagi anak-anak di daerah bencana dengan metode healing, psikolog Yeti Widiati memberikan pembelajaran kepada beberapa anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang semuanya adalah perempuan.
Acara yang diselenggarakan di aula Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Bandar Lampung tersebut, Yeti menjelaskan, dalam menangani psikologi korban bencana, yang perlu distabilkan pertama adalah fisiknya.
“Ketika melakukan pendampingan yang distabilkan terlebih dahulu adalah menstabilkan fisik. Sebab, jika ketakutan, fisik akan merasa tegang, pernapasan menjadi tidak teratur,” terang Yeti, Jumat, 11/1/2019.
Psikolog yang dulunya tinggal di Tangkuban Perahu Bandung ini menjelaskan, jika napas tidak teratur dan tegang, yang diajarkan untuk korban adalah relaksasi.
“Relaksasi bisa dilakukan dengan senam pernapasan dan jika emosi timbul secara tiba-tiba, yang kita fokuskan adalah stabilisasi pemikiran,” terangnya.
Untuk hal ini, ada empat hal yang harus kita ketahui. Yakni, apa yang dipikirkan, dirasakan, dibutuhkan, dan diinginkan oleh para korban.
Selain memberikan pengajaran mengenai metode healing, Yeti juga memberikan ilustrasi pemikiran manusia dengan menuangkan air mineral ke dalam gelas yang berisi setengah air kopi. [Nurmeiati Eka Ananta]