Jejamo.com – Bentrok antar narapidana dalam penjara di Manaus, kota Amazon, Brasil pada Minggu, 1 Januari 2017 terus berlanjut hingga keesokan harinya. Insiden ini dipicu perkelahian napi dari gangster narkoba terbesar Brasil, First Command of the Capital (PCC) dan gangster lokal Family of the North.
Saat bentrok terjadi pada hari pertama di tahun 2017, polisi keamanan Brasil memastikan PCC bentrok dengan gangster lokal Family of the North. Bentrok menewaskan 60 orang, beberapa di antaranya tewas dengan tubuh dipenggal.
“Ini pembunuhan massa terbesar dalam sejarah negara kami,” kata Sergio Fontes, pejabat keamanan penjara di Manaus. Namun, belum jelas motif dari bentrokan sadis itu.
Aparat keamananmenemukan lubang di dinding penjara yang digunakan untuk menyelundukan senjata ke dalam penjara.
PCC didirikan oleh sejumlah tahanan sebagai organisasi perlindungan diri di penjara-penjara Brasil yang brutal pada Oktober 1992 di Sao Paulo.
PCC yang disebut aparat sebagai organisasi kriminal paling rapi menjalankan operasinya memiliki anggota yang tersebar di 2/3 negara bagian Brasil. PCC mengatur perdagangan narkoba antara Brasil, Bolivia dan Paraguay.
Awal pendiriannya, PCC terinsiprasi gangster narkoba tertua di Brasil bernama Red Commnad yang didirikan tahun 1970an di Rio de Janeiro. Red Command juga bertujuan memberikan perlindungan diri bagi para tahanan yang dibui dalam kasus narkoba.
PCC bahkan menggunakan slogan Red Command: Damai, Adil, Merdeka dalam memberikan advokasi untuk melakukan revolusi dan pengrusakan sistem kapitalis dan menyatakan solidaritas dengan kelompok-kelompok yang lebih dulu ada.
Tak hanya memberikan perlindungan fisik di dalam penjara, PCC juga menyediakan dana untuk membayar pengacara, menyuap aparat keamanan penjara dan polisi sebagai pengawal, dan membayar narkoba serta membeli senjata.
Untuk menjalankan perannya itu, PCC menarik iuran dari setiap anggota. Anggota yang berada di luar penjara membayar 500 reis atau sekitar Rp 2 juta per bulan. Anggota PCC yang di dalam penjara membayar 25 ries atau sekitar Rp 103 ribu per bulan.
Pemimpin PCC saat ini dikendalikan oleh empat orang. Marcos Willians Camacho alias Marcola saat ini sebagai pemimpin tertinggi. Keempatnya saat ini berada di penjara termasuk Marcola. Namun, mereka memiliki akses untuk melakukan telepon konferensi dari dalam penjara untuk melakukan koordinasi untuk kegiatan bisnis mereka.(*)
Tempo.co