Jejamo.com, Bandar Lampung – Dewan Pengurus Pusat Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menggelar rakernas dan seminar “Penguatan Sinergi BPR-BPRS Untuk Memperluas Akses Layanan Perbankan Menuju Kemandirian Ekonomi” di Hotel Swisbell, Bandar Lampung, (25/11/2019).
Ketua Umum DPP Perbarindo Joko Suyanto mengatakan, Rakernas ini merupakan agenda rutin dan tahunan DPP Perbarindo.
Dalam rapat ini membahas program-program kerja untuk keberlangsungan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-BPRS) di Indonesia.
“Program yang sudah direncanakn dan direalisasikan setahun terakhir selanjutnya dievaluasi. Sehingga dengan adanya evaluasi itu kedepan program-program yang mempunyai daya dukung dan dorong kepada seluruh BPR dan BPRS se-Indonesia,” ujarnya.
Di dalam Rakernas pihaknya mengundang stakeholder OJK, Lembaga Penjamin Simpanan Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah baik tingkat pusat dan daerah.
“Intinya bagaimana sebenarnya satu sisi kami menciptakan hubungan sinergi tentuannya bisa mendengarkan satu pihak agar dapat meningkatkan perekonomian,” kata dia.
Joko mengatakan, BPR-BPRS merupakan industri yang tangguh dalam menghadapi gelombang apa pun. Industri BPR sejak berdiri dan bermunculan sejak 1988 telah menghadapi pasang surut dari kehidupan industri keuangan negeri ini.
“Industri BPR-BPRS saat ini hidup dalam ekosistem ekonomi yang sangat dinamis, penuh dengan persaingan usaha, regulasi yang dinamis dan hadirnya disrupsi teknologi,” paparnya.
Ia mengungkapkan, industri ini tetap bertahan dan hadir melayani masyarakat pedesaan dan pelaku UMKM.
Hal itu terlihat dari indikator kinerja industri BPR-BPRS yang masih tumbuh positif sampai dengan Agustus 2019.
“Aset industri BPR mencapai Rp143 triliun atau tumbuh 9,47 persen dibandingkan posisi tahun lalu, kredit yang disalurkan kepada pelaku UMKM mencapai Rp106 triliun atau tumbuh 11,44 persen,” jelasnya.
Dia menambahkan, fungsi intermediasi perbankan dapat dijalankan dengan baik.
Hal itu terlihat dari tabungan yang tumbuh sebesar 9,98 persen dan deposito tumbuh sebesar 11,07 persen dibandingkan tahun lalu.
“Yang paling menggembirakan jumlah nasabah yang dilayani mencapai 15,6 juta rekening, nasabah didominasi penabung sebanyak 11,5 juta rekening. Rata-rata jumlah tabungannya sebesar Rp2 juta. Sedangkan nasabah debitur sebanyak 3,6 juta rekening dan rata-rata pinjamannya Rp29 juta,” tandasnya. [Andi Apriyadi]