Jejamo.com, Pesisir Barat – Tidak semua orang bisa memasuki areal Stasiun Penelitian Way Canguk (SPWC) di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Bagi peserta harus berusia di atas 18 tahun dan mengajukan permohonan izin kepada Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP). Peserta juga diminta mengisi beberapa kolom formulir yang terdiri dari nama lengkap, alamat rumah dan riwayat penyakit yang diderita.
Jika semua formulir sudah diisi dan memenuhi syarat, perjalanan menuju Stasiun Penelitian Way Canguk akan dilanjutkan. Namun, sebelum menuju ke sana, peserta juga harus memastikan membawa barang yang diperlukan.
Perjalanan dimulai dari Kota Bandar Lampung membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam jika mengendarai mobil. Dan melewati 4 kabupaten yakni Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, dan Pesisir Barat.
Sebelum menuju SPWC, para peserta yang terdiri dari 9 jurnalis cetak dan elektronik didampingi Polisi Kehutanan setempat, WCS, WWF, YABI serta staf SPWC, sebab merekalah yang mengerti kawasan TNBBS.
Jika semua sudah lengkap perjalanan kemudian dilanjutkan menuju SPWC. Namun sebelumnya Polhut mengajak peserta untuk melihat bunga Rafflesia arnoldii yang berada di Rhino Camp TNBBS, Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, pada Jumat, (19/7/2019).
Setelah beberapa jam di Rhino Camp dan mendapatkan data tentang bunga Rafflesia arnoldii, perjalanan dilanjutkan. Sepanjang jalan menuju SPWC, peserta bisa melihat langsung hutan dan beberapa satwa seperti beruk dan lainnya yang berada di pinggir jalan kawasan TNBBS.
Dan sekitar pukul 15.30 WIB, seluruh kru dan peserta sampai di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Di sana kami sempat beristirahat sejenak di sebuah rumah dan menyempatkan diri mengisi botol air minum serta menunggu seseorang penunjuk jalan menuju SPWC.
Setelah semuanya sudah lengkap, kemudian kami melanjutkan perjalanan sekitar 4 kilometer untuk sampai ke SPWC. Sebelum masuk ke kawasan TNBBS, kami melintasi perkebunan warga sekitar dan menyeberangi sungai Pemerihan.
Setelah sampai di seberang, perjalanan dilanjutkan. Tetapi sebelum jalan, peserta selalu diingatkan para kru agar tidak kaget ketika ada pacet yang bisa menempel di bagian tubuh terutama di kaki.
Sepanjang jalan peserta setapak demi setapak mengikuti langkah para kru, hingga akhirnya baru berjalan sekitar 2 kilometer matahari pun terbenam, sehinga harus menyalakan lampu senter.
Selama di perjalanan terdengar suara kicauan berbagai macam jenis burung serta jangkrik. Bahkan, peserta sempat melihat jenis burung berwarna oranye sedang tidur di atas pohon.
Perjalanan kembali dilanjutkan, sekitar pukul 18.40 WIB, kami melewati jembatan menuju SPWC dan pukul 19.00 WIB, akhirnya kami sampai di SPWC. Kami sangat bersyukur sampai dengan selamat.
Sesampainya di SPWC, kami melihat 5 rumah panggung yang digunakan sebagai tempat penginapan dan penelitian sejumlah pohon dan satwa-satwa di kawasan TNBBS. [Andi Apriyadi]