Jejamo.com – Keputusan untuk menghentikan kompetisi sepak bola nasiolal berimbas pada banyaknya pemain yang meninggalkan klub. Seperti yang terjadi pada klub sepak bola Persib Bandung, yang harus kehilangan sembilan orang pemainnya
Pelatih Persib Bandung Djadjang Nurdjaman menilai, hilangnya mata pencaharian para pemain membuat mereka kemudian membuat langkah berani guna menyambung hidup ke depannya.
“Kondisi sepak bola di sini (Indonesia) menjadi salah satu alasan, karena tidak ada kepastian. sementara mereka butuh hidup. Pemain sepakbola ketika mereka bisa mendapatkan gaji besar normal kemudian tiba-tiba seperti ini ya pasti mereka sangat kerepotan,” ujar Djadjang, Rabu, 30/12/2015. Seperti dikutip Tempo.co.
Kebutuhan hidup yang sudah terlanjur tinggi dengan gaji mereka sebelumnya, disertai tanggungjawab pada keluarga menjadi penyeb utama. Selain itu, menurut Djadjang kondisi sepak bola tanah air saat ini hanya terdapat turnamen, hal ini membuat ketidak pastian dari segi pendapatan maupun pertandingan yang berjenjang ke level yang lebih tinggi.
Menurut Djadjang, kondisi yang membuat sejumlah pemain Persib kemudian mencoba peruntungan di Malaysia. Termasuk, Dedi Kusnandar yang izin kepada Persib untuk pindah ke Malaysia meskipun sudah melakukan tanda tangan kontrak sampai akhir bulan nanti.
“Jadi bukan masalah loyal atau tidak. Saya acungkan jempol buat mereka. Pemain saat Piala Presiden saja tidak dikontrak, mereka betul-betul hanya mengandalkan loyalitas yang tinggi sehingga mereka berjuang mati-matian. Itu bukti mereka punya loyalitas. Tapi tentu ada batasnya, karena memang mereka butuh materil untuk hidup,” papar Djadjang.
Sebanyak tujuh pemain yang membawa Persib juara Piala Presiden mundur dari klub berjuluk Maung Bandung itu. Mereka adalah, Shahar Ginanjar, M. Ridwan, Vladimir Vujovic, Ilija Spasojevic, Makan Konate, Firman Utina dan Abdul Rahman. Selain itu ada juga dua pemain lain yang tak dikontark dan sudah pindah ke Malaysia yaitu Supardi Nasir dan Achmad Jufriyanto.(*)
Tempo.co
