Selasa, Desember 17, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Pertarungan 3 Penyair Gondrong Lawan 3 Penyair Wanthilan

Brosur sosialisai acara 3 Penyair Gondrong Lawan 3 Penyair Wanthilan. | ist

Jejamo.com – Rumah Dunia Banten, sebuah lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan, akan menggelar pertaruangan penyair yang akan mempertemukan 3 penyair gondrong dan 3 penyair wanthilan atau penyair wanita. Acara ini dihelat setelah sebelumnya sukses dengan tahuk 3 penyair gondrong lawan 3 aktor gondrong di Institut Seni Indonesia (ISI) Pandangpanjang, Sumatera Barat.

Acara yang akan berlangsung Minggu, 17/12/217, pukul 15.00 itu, akan menghadirkan pertarungan puisi antara Iyut Fitra, Sosiawan Leak, dan Isbedy Stiawan ZS dari 3 penyair gondrong melawan 3 penyair wanthilan yakni Dhenok Kristianti, Rini Intama, dan Ayup Cipta.

Sosiawan Leak, penyair Solo yang baru saja menerima penghargaan Tokoh Bahasa dan Sastra dari Balai Bahasa Jawa Tengah, mengatakan pertarungan yan difasilitasi Rumah Dunia Gola Gong itu untuk meramaikan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) X di Banten yang berlamgsung 15-17 Desember 2017. Pertarungan baca puisi ini hendak ditradisikan sejak diawali di ISI Padangpanjang pada Minggu, 3/12/2017.

“Sebetulnya pertarungan ini hanya istilah kami, agar terkesan heboh. Namun, tetap digarap serius. Artinya acara ini benar-benar pertunjukan di panggung atau performa arts,” ujar Leak dalam rilis yang diterima redaksi Jejamo.com, Rabu, 13/12/2017.

Untuk pertarungan di Rumah Dunia Banten, masih kata Leak, kedua tim sudah menyiapkan sejumlah puisi untuk dibacakan. “Masing-masing penyair secara individu bertanggung jawab pada penampilannya. Meski ia mewakili timnya,” imbuh dia.

Iyut Fitra dari Payakubuh, Sumatera Barat, menambahkan timnya akan mempatenkan 3 penyair gondrong ini ke berbagai event serupa. Nama 3 penyair gondrong, masih kata Iyut, lahir dari momentum Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) II di Ancol tahun 2017.

“Kami bertiga yang kebetulan gondrong, sebagai motor saat menggugat panitai Munsi yang tidak konsisten dan alhamdulillah perjuangan kami yang didukung sastrawan lain berhasil,” jelas Iyut.

Sejak itu, lanjut dia, kawan-kawan sastrawan Indonesia menjuluki 3 penyair gondrong yang menjadi ‘macan’ di Munsi II. “Ditambah ada share foto kami bertiga di Munsi II di Facebook,” ujarnya.

Iyut juga yang mengawali untuk mengukuhkan 3 penyair gondrong. Dimulai dengan mengundang baca puisi di Payakumbuh Botuang Festival, ISI Padangpanjang, dan Rumah Dunia.

Ke depan kemungkinan juga ke daerah lain, seperti Solo atau Semarang, Bandung, Ambon, Banjarmasin atau Banjarbaru, juga Lampung. “Kami terus menjajaki kemungkinan pertarungan berlangsung di daerah lain. Semoga ada yang memfasilitasi,” harap dia.

Leak optimistis istilah pertarungan ini berjalan sukses dan mendapat dukungan karena penamaan 3 penyair gondrong sudah menjual. Lalu masing-masing penyair juga adalah penyair panggung, ditambah nama yang tak asing di ranah kepenyairan Indonesia.

“Jadi ya saya optimistis saja bisa berlanjut di kota-kota lain, bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, atau Brunei,” kata Leak.

Sementara Isbedy Stiawan ZS, penyair berjuluk Paus Sastra Lampung, mengaku bangga masuk tim penyair gondrong. “Ini sebuah pengakuan dan penghargaan dari kawan-kawan sastrawan di luar Lampung,” tandas dia.(*)

Populer Minggu Ini