Jejamo.com, Metro – Keluarga bocah yang meninggal karena tenggelam di Taman Edukasi Metro berharap pengelola tempat rekreasi itu mengkaji ulang penataan ruang dan kelengkapan sarana prasarana wahananya.
Hal itu diungkapkan oleh paman korban, Nurmantoro yang menilai keamanan di Taman Edukasi Metro kurang maksimal. Kematian keponakannya, DAY (8), di lokasi kolam renang diduga lantaran tidak adanya lifeguard atau tenaga ahli terkait risiko di wisata wahana air.
“Saya harap, musibah ini bisa jadi suatu pelajaran dan pengalaman. Untuk Taman Edukasi, kami harap bisa kembali mengkaji terkait sarana dan prasarananya, dalam hal ini tentang keamanan. Setidaknya, itu bisa menambah kenyamanan dan kepercayaan pengunjung, serta upaya mencegah agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali, terlebih untuk anak-anak,” ungkapnya saat Jejamo.com bertandang ke kediaman keluarga korban DAY, Senin, 28/3/2022.
Selain itu, lanjutnya, lokasi kolam semestinya ditata terpisah antara kolam renang untuk orang dewasa dengan anak-anak.
“Karena menurut saya, seharusnya kolam renang yang dalam dan yang dangkal itu harus benar-benar dipisah lokasinya, jangan hanya dibatasi dengan tali saja.
Penataan tempatnya semestinya dievaluasi kembali,” imbuhnya.
Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih. Terlepas dari musibah yang menimpa keluarganya, Nurmantoro memastikan bahwa keluarganya tidak akan memperkarakan musibah itu ke ranah hukum. Dia lebih memilih untuk mengikhlaskan kepergian keponakannya.
“Kalau kami dari pihak keluarga, sejauh ini berusaha mengikhlaskan, merelakan musibah ini. Kami insyaallah tidak akan memperkarakan kejadian ini. Tidak ada manusia yang lepas dari kelalaian dan khilaf. Ini murni musibah,” tuturnya.(*)[Anggi]