Berita Mancanegara, jejamo.com – Pesawat pendukung serangan darat, A-10 Thunderbolt II dikenal sebagai pesawat pembunuh tank. Ia lahir setelah angkatan udara Amerika Serikat dikritik tidak memberi dukungan penuh terhadap pasukan darat pada saat Perang Vietnam.
Menjawab kritikan, angkatan udara AS memulai program A-X (Attack Experimental) dimulai pada tahun 1966 yang menghasilkan pesawat A-10. Pesawat serang A-10 mulai diproduksi pada 1975.
Sementara spesifikasi A-10 lahir dari diskusi dengan para pilot pesawat tempur A-1 Skyraider yang terlibat pada Perang Vietnam. Pilot-pilot menyebutkan bahwa mereka yang butuhkan adalah pesawat tempur yang dapat bermanuver dalam waktu lama, berkecepatan subsonik atau rendah, dipersenjatai meriam otomatis dengan daya penghancur yang besar, dan mampu bertahan dari serangan musuh di darat. Seperti dilansir Tempo dari military-today.
Sebagai pesawat penghancur tank, A-10 Thunderbolt II dipersenjatai dengan meriam otomatis GAU-8/Avenger 30 mm, meriam pesawat yang paling dasyat yang pernah dibuat.
A-10 Thunderbolt II memiliki delapan cantelan rudal atau bom di sayap dan tiga cantelan di badan pesawat. Sebagai pesawat serang darat A-10 mampu membawa persenjataan seberat tujuh ton. Pesawat ini dipersenjatai dengan rudal udara ke darat Maverick AGM-65B/C, rudal udara ke udara AIM-9L/M Sidewinder, peluncur roket 70 mm LAU-68. Untuk mengalihkan rudal musuh, A-10 dilengkapi dengan decoy.
Pesawat A-10 telah mengalami beberapa perang, seperti Perang Teluk, Balkan, Afghanistan, Irak, Libya, Suriah. Pada Oktober 2015, Amerika Serikat menempatkan 12 pesawat A-10 di Pangkalan Udara Incerlik, Turki untuk mendukung serangan terhadap ISIS di Suriah dan Irak.(*)
jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya