Jejamo.com, Bandar Lampung – Program Keluarga Harapan (PKH) di Provinsi Lampung berlangsung sejak tahun 2011. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat (KPM) khususnya dalam hal biaya pendidikan dan kesehatan. Di samping itu, dapat memutus mata-rantai kemiskinan antargenerasi.
Jumlah KPM pada tahun 2017 iniĀ ditambah jumlah sasarannya sebanyak 161.629 KPM sehingga jumlah KPM seluruh Lampung sebanyak 382.190 Keluarga.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Sumarju Saeni pada pembukaan Bimbingan Pemantapan Pendamping dan Operator PKH Provinsi Lampung Tahun 2017, Selasa, 30/5/2017, di Novotel Bandar Lampung.
Sumarju mengatakan, pihaknya mengapresiasi Kemensos atas terselenggaranya kegiatan Bimbingan Pemantapan bagi Operator dan Pendamping PKH ini.
Mencermati perkembangan dimensi sosial, terutama masalah kemiskinan yang menyangkut aspek kehidupan dan penghidupanĀ diperlukan pemahaman tentang hakekat kemiskinan dan fakir miskin.
Berdasarkan data BPS Lampung, perdesaan menjadi konsentrasi kemiskinan dimana 15,24% penduduknya berkatagori miskin. Angka ini setara dengan 912,34 ribu jiwa. Sedangkan di perkotaan penduduk miskinnya sebanyak 10.15% atau 227,44 ribu jiwa.
Selama periode Maret 2016-September 2016 , baik perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan persentase dan jumlah penduduk miskin.
Di daerah perkotaan berkurang sekitar 5.95 ribu jiwa (3,55%), sementara di darah perdesaan berkurang sekitar 23,87 ribu jiwa (2,88%).
Penurunan angka kemiskinan tersebut menurut Sumarju sebagai salah satu keberhasilan PKH di Provinsi Lampung.
Mantan Kadis Kominfo itu mengatakan, disamping penurunan angka kemiskinan, Provinsi Lampung juga mengalami pertumbuhan ekonomi 5,15%. Di bidang infrastruktur jalan dan jembatan pada tahun 2019 kondisinya 85% mantab. Produksi padi dari 3,6 juta ton GKD pada tahun 2015 meningkat 4,3 juta ton GKD pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017 ditargetkan mencapai 4,4 juta ton GKD.
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I tahun 2017 menempati peringkat tertinggi di Sumatera setelah Bengkulu.
Hal tersebut sesuai dengan analisis Lembaga Pengkajian Daya Saing “The Asia Competiveness Institute (ACI) dan National University of Singapore (NUS) menempatkan Lampung dalam daya saing pada posisi ke-4 se-Indonesia.
ACI menilai daya saing Lampung sejak tahun 2014 (awal kepemimpinan M.Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri) sampai dengan tahun triwulan I tahun 2017 naik 11 (sebelas) poin.
Pada tahun 2014 Lampung berada pada posisi 25 atau level terbawah di Indonesia. Pada tahun 2015 berada pada posisi ke 24 sedangkan pada tahun 2016 naik ke posisi 18 dan pada triwulan I tahun 2017 berada pada posisi ke 14 se-Indonesia.
Ketua Panitia Penyelenggara Bekti Ningsih dalam laporannya menyampaikan, bimbingan pemantapan bagi para pendamping dan operator PKH berlangsung dari tanggal 30 Mei-4 Juni 2017 di Novotel, Bandar Lampung, diselenggarakan oleh Kemensos RI dan diikuti 348 orang.(*)
Rilis