Jejamo.com, Bandar Lampung – Dalam mengajar para santri, Pondok Pesantren Madarijul ‘Ulum memakai kurikulum pemerintah yang dipadu dengan pondok pesantren.
“Ijaxah negeri sanawiyah dan alyiahnya sudah terakreditasi B+,” kata pimpinan Ponpes Madarijul ‘Ulum, Ihya Ulumuddin, saat diwawancarai Jejamo.com, Sabtu, 25/6/2016.
Menurutnya, para santri Madarijul ‘Ulum ini dibekali beberapa ilmu yang kelak suatu saat akan berguna untuk kehidupan kedepannya, misalnya, ceramah, kaligrafi Alquran, silat, tahfidz qur’an maupun kitab kuning.
Selain itu, para santri juga mempelajari dan menguasai 12 Fan ilmu, seperti Nahwu, Shorat, bahasa arab/inggris, bayan, Ma’ani, Badi, Tauhid, Fiqih, Tasawuf, Hadist, tafair, Faroid/mawaris. kemudian, kurikulum kutubut turots (kitab klasik) pondok pesantren Tafidzul Qur’an Madarijul ‘Ulum.
“Para santri juga diwajibkan untuk berbicara menggunakan bahasa arah setelah 6 bulan berada di pondok pesantren Madarijul ‘Ulum,”katanta.
Setelah menempuh pendidikan di pondok pesantren Marijul ‘Ulum selama 10 tahun, maka santri tersebut sudah mempunyai titel S1 dengan terakreditasi B+.
“Saat lulus, maka posisi santri itu masuk sebagai pengabdian (mengajar) di pesantren Madarijul ‘Ulum selama 2 tahun. Setelah itu, santri baru dipersilahkan pulang untuk membuka pesantren lagi, ataupun sebagai penceramah,”
Ia menegaskan, Dengan ilmu yang telah dipelajari di pondok pesantren Madarijul ‘Ulum, Insya Allah, tidak akan ada santri yang miskin.
“Kalau liat santri miskin, berarti santri bantut, (tidak matang atau masih mentah mentah. Para santri lulusan pondok pesantren Madarijul sudah banyak yang bekerja,”ucapnya.
Ia berharap, Pondok pesantren Ponpes Madarijul ‘Ulum kedepannya dapat lebih bermanfaat untuk kehidupan kedepannya menggugah hati masyarakat Bumi Ruwa jurai agar memikirkan pendidikan untuk masa depan anak mereka.(*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com