Berita Teknologi, Jejamo.com – Siapa yang mau membeli produk cacat? Nampaknya semua konsumen pasti mengharapkan produk yang dibelinya dalam kondisi yang baik. Namun tidak dapat dipungkiri, proses produksi tak jarang menghasilkan barang yang cacat.
Untuk itu penting melakukan pemisahan produk cacat sebelum didistribusikan, sehingga semua konsumen dapat memperoleh produk yang baik.
Aji Jamal, mahasiswa IBI Darmajaya merancang prototype alat pemisah dan penghitung barang cacat yang dapat memudahkan industri dalam melakukan proses sortasi. Berbeda dengan alat sortasi yang telah ada dipasaran, alat ini dilengkapi dengan sistem penghitung secara otomatis.
Menurutnya setiap pabrik memiliki kriteria tertentu dalam menentukan kondisi produk masuk dalam katagori cacat atau tidak. Ia melakukan uji coba alat ini dengan menggunakan produk minuman berkemasan botol plastik.
“Proses sortasi dilakukan untuk mengecek kondisi kemasan seperti memastikan kemasan tertutup rapat, tidak bocor, ukuran, dan bentuk kemasan produk sesuai dengan ketentuan,” ujar mahasiswa jurusan Sistem Komputer ini.
Rancang alat tersebut, dijelaskan Aji, menggunakan sensor Mikrokontroller ATMEGA8535 sebagai pengendali. Selain itu Sensor LDR, LED dan LCD (Liquid Crystal Display) sebagai pendeteksi produk.
Adapun perangkat tambahan dengan memanfaatkan motor servo DC (Direct Current) sebagai penggerak konveyor sekaligus palang pemisah antara barang bagus dan rusak. Ketika barang dideteksi, maka sensor ultrasonik akan melakukan pengambilan data.
“Data yang diambil akan dikirim ke mikrokontroller dan ditampilkan ke LCD yang menunjukan jumlah produk cacat dari jumlah keseluruhan. Kemudian motor servo DC akan memisahkan produk cacat ke penampung yang berbeda dari produk yang baik,” terangnya pasangan Maryo Suradi dan Warsinem ini. (*)
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya