Jejamo.com, Kota Metro – M Rafieq Adi Pradana, calon Wakil Wali Kota Metro yang lahir di Bandar Lampung, menuai kontroversi dengan pernyataannya yang menyebut Kota Metro sebagai daerah yang terisolir. Pernyataan Rafieq yang berpasangan dengan Bambang Iman Santoso disampaikan dalam debat kandidat calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro yang berlangsung di Hotel Aidia Grande, Rabu, 13/11/2024.
Apa yang dikatakan Rafieq mendapat respons dari sejumlah warga yang merasa Kota Metro justru memiliki konektivitas yang cukup baik untuk sebuah kota di Provinsi Lampung. Mereka menilai pernyataan tersebut kurang memahami kondisi geografis dan aksesibilitas wilayah Bumi Sai Wawai.
Secara geografis, Kota Metro terletak strategis di bagian tengah Provinsi Lampung. Kota ini, yang memiliki sejarah panjang dari era kolonial Belanda, kini berbatasan langsung dengan Kabupaten Lampung Timur di bagian timur dan utara, serta dengan Kabupaten Lampung Tengah di barat. Jarak Kota Metro ke beberapa fasilitas transportasi utama, seperti pintu Tol Tegineneng, yang hanya sekitar 15,2 km, menjadikannya mudah diakses dari berbagai wilayah.
Selain itu, Kota Metro terhubung dengan ibu kota Provinsi Lampung, Bandar Lampung, yang berjarak sekitar 58,5 km, atau sekitar 1 jam perjalanan melalui jalur darat. Kota Metro juga berjarak sekitar 25,4 km dari Bandara Raden Intan II di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, dengan waktu tempuh sekitar 25 menit, sehingga warga maupun pengunjung memiliki akses langsung ke bandara internasional terbesar di Lampung itu.
Aksesibilitas ke Kota Metro juga didukung oleh keberadaan jalur lintas dari Lampung Timur dan Lampung Tengah, yang menghubungkan kota ini dengan kabupaten-kabupaten di sekitarnya. Infrastruktur jalan yang cukup baik memperkuat posisi Kota Metro sebagai kota transit dan penghubung di wilayah Lampung, sekaligus sebagai pusat pendidikan dengan berbagai fasilitas institusi.
Banyak warga merasa bahwa pernyataan Rafieq kurang mempertimbangkan fakta ini dan bahkan dinilai meremehkan kondisi transportasi Kota Metro. Seorang warga Kampung Sawah, Rudi (35), menyatakan, “Kami di sini punya akses ke mana-mana, ke tol dan ke bandara. Bahkan kalau dibandingkan dengan kota lain, posisi Metro itu sangat menguntungkan.”
Irma (28), warga 24 Kota Metro, mengaku sedih saat mendengar pernyataan Rafieq bahwa Metro terisolir. “Saya bingung, gelar beliau doktor, tapi Kota Metro dibilang terisolir, dari mananya? Apa karena kebutuhan kampanye pilkada, sehingga dia datang untuk membenahi daerah yang terisolir,” sesal Irma yang merupakan pekerja swasta.
Andi, warga Metro yang tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, mengaku kerap pulang-pergi dari rumah ke kampus karena jarak yang masih bisa dijangkau. “Mungkin maksud terisolir itu belum maju atau tidak mudah diakses Kota Metro ini. Entahlah. Saya selama ini baik-baik aja PP Bandar Lampung-Metro, bisa lewat Metro Kibang, bisa lewat Tegineneng. Saya gak paham maksudnya terisolir apa,” katanya.
Calon Wali Kota Metro, Wahdi, dalam debat tersebut juga menyayangkan pernyataan Rafieq. Menurutnya, Kota Metro justru mudah diakses karena posisinya yang tidak jauh dari bandara dan ibu kota provinsi.
“Kita bukan terisolir. Kita dekat sekali jangkauan dari bandara. Ada 8 jalan orang bisa memasuki kota ini, jadi kita tidak terisolir,” ujarnya. (*)