Jejamo.com, Kalimantan – Dianggap meresahkan, ribuan masyarakat Kabupaten Mempawah mendatangi pemukiman warga eks pengikut Gafatar di Moton Panjang Dusun Pangsuma Desa Antibar Kecamatan Mempawah Timur, Kalimantan Barat.
Tuntutan masyarakat meminta secara baik-baik, kepada masyarakat pendatang, berjumlah sekitar 700 jiwa terdiri dari dewasa dan anak-anak secara keseluruhan menyebar disejumlah lokasi di Kabupaten Mempawah, agar bisa segera meninggalkan Kabupaten Mempawah. Kondisi ini, terkait dengan ke khawatiran masyarakat akan dampak dari faham pada Gafatar yang pernah mereka geluti.
Tak jauh beda dengan aksi sebelumnya yang telah mendatangi sejumlah kediaman warga asal jawa itu, ribuan masyarakat mendatangi pemukiman baru itu menggunakan berbagai kendaraan. Tanpa anarkis, masyarakat masuk ke lingkungan pemukiman dan seorang perwakilan masyarakat Mempawah, Atang melakukan orasi.
“Secara manusia kita kita tidak mempermasalahkan kedatangan warga baru ini. Namun kita juga sangat sensitive terhadap dampak kedepan yang kemungkinan dapat merusak kehidupan masyarakat kita. Makanya kita harap, seluruh warga eks Gafatar ini bisa meninggalkan Kabupaten Mempawah,” ujar Atang sebagaimana dilansir kompas.com.
Sama persis dengan aksi yang telah dilakukan malam sebelumnya, melalui pembicara, masyarakat memberi ultimatum agar penghuni pemukiman beserta lainnya yang merupakan eks Gafatar tu bisa meninggalkan Kabupaten Mempawah dalam kurun waktu 3×24 jam.
Sekitar dua jam lebih kedatangan masyarakat ke pemukiman. Memaksa masyarakat pendatang baru untuk pasrah dan menerima sepenuhnya permintaan ribuan masyarakat yang datang.
“Kita tegas bukan berarti kita menolak kedatangan warga baru, namun hanya berhati-hati saja khawatir akan faham gafatar itu dapat berpengaruh ke generasi masyarakat disini. Sebab, sekalipun mereka sudah menyatakan lepas Gafatar namun tentunya dalam jiwa mereka tentu masih ada,”
“Apalagi kedatangan mereka ini sangat mencurigakan, datang dengan gelombang bessar, berkelompok dan terkesan hanya bergaul dengan sesama kelompoknya sendiri,” ungkap pria yang memiliki nama lengkap Al Gazaba ini.(*)